Ia merinci terdapat 6 pasien yang dirawat di RSUD Jombang, 3 pasien pada tanggal 22 Februari, telah membaik dan telah dipulangkan, sedangkan, 3 pasien sisanya sudah membaik dan kembali ke ruang perawatan umum yang ada di RSUD Jombang.
Namun demikian pada tanggal yang sama terdapat 6 pasien baru masuk ke ICU, dan salah satunya meninggal dunia.
“Dari kemarin yang 21 yang pulang 6, terus ada yang masuk lagi (6 pasien). Kalau kemarin yang meninggal 4 ya, per tanggal 22, dan hari tambah satu, tadi malam ya meninggalnya,” tuturnya.
Ia pun menjelaskan bahwa, pasien anak-anak, yang meninggal pada pukul 22.00 WIB, kemarin malam itu, kondisinya saat dirujuk ke IGD RSUD Jombang, dari rumah sakit lain, memang sudah sangat buruk.
“Rata-rata pasien yang meninggal di bawah ke RSUD Jombang, sudah dalam kondisi dengue sock sindrom, DHF great 3. Dimana kondisi pasien yang dirujuk ini sudah dalam kondisi sudah agak berat,” kata Ma’murotus.
Dan untuk mengantisipasi lonjakan kasus tersebut, pihaknya mengaku tengah menyiapkan sejumlah persiapan pelayanan di rumah sakit plat merah itu.
“Karena kebanyakan pasien demam berdarah usianya kebanyakan anak-anak, untuk itu kita nambah 12 bed, dan untuk ICU kita nambah 40 tempat tidur,” ujarnya.
Lantaran jumlah kasus meninggal akibat DBD meningkat pihaknya menghimbau pada masyarakat agar kembali menggencarkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di rumah dan lingkungannya masing-masing.
“Karena angka bebas jentiknya kurang tolong 3M dan PSN yang dilaksanakan Dinas (Dinkes), ditingkatkan lagi. Selain itu anak-anak ini juga perlu makanan sehat, dan minum cairan lebih banyak dari biasanya,” tuturnya.
“Dan kalau memang anak sudah dalam kondisi panas, dibawa ke pusat pelayanan kesehatan, diobservasi terus oleh keluarga. Kalau tidak opname, cuman panas biasa, diobservasi makan minumnya lebih banyak, daripada biasa, terutama minum susu, minum cairan elektrolit seperti jus, dan buah-buahan lainnya,” kata Ma’murotus.