Sugito saat menunjukkan keretakan tanah dihalaman rumahnya. Kamis (7/3/2024)./Karimatul Maslahah/

Usai berusaha menyelamatkan diri, rupanya Sugito telah kehilangan tempat tinggal. Rumah yang menjadi aset satu-satunya untuk berteduh dan beristirahat keluarganya retak dan miring hingga tak lagi bisa dihuni.

“Dari halaman depan hingga belakang sekitar 3 hektare semuanya retak,” jelasnya.

Sugito hafal betul bagaimana jam demi jam pergerakan tanah itu terjadi. Jauh sebelum merusak bagunan, retakan tanah sudah terjadi sejak pukul 22.00 WIB.

“Beberapa pekan kemarin itu hujan deras dulu di sini. Waktu itu belum terasa apa-apa. Warga juga masih hidup normal beraktivitas biasa,” ujar Sugito.

Pergerakan tanah itu memang sudah terlihat jauh pada (7/2023) lalu. Terlihat retakan yang membentang dari ujung halaman sampai ke ruang tamu.

“Semakin hari rekahannya dirumah saya semakin besar. Tapi warga masih belum khawatir, meski telah diteliti oleh tim ahli sebagai zona garis merah (rawan bencana),” sebutnya.

Kemudian, malam tadi rekahan semakin meluas bahkan hampir mengepung permukiman warga. Ia bersama seorang istri terpaksa berlari menyelamatkan diri.

“Barang-barang berharga sudah saya amankan termasuk surat-surat, sementara menumpang sambil menunggu petugas BPBD,” tuturnya.

Perkiraannya benar, rumah miliknya retak dan miring parah beberapa saat setelah ia mengungsi. Saat ini, Sugito dan keluarganya sementara tidur di pengungsian.

“Semoga ada kejelasan dari pemerintah. Apakah harus relokasi, atau bagaimana. Insyaallah kami ikhlas menerima cobaan bencana ini,” tandasnya. (ima)

159

1
2

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini