Dalam laporannya, Bupati Ikfina menjelaskan penyebab terjadinya bencana banjir di Kabupaten Mojokerto dipicu hujan dengan intensitas lebat selama lebih dari 4 jam.
Hujan tersebut mengakibatkan debit air meningkat drastis di tiga sungai yakni Sungai Kromong, Sungai Klorak, dan Sungai Boro yang menjadi satu di Sungai Brangkal.
“Dari meningkatnya debit air itu mengakibatkan tanggul Sungai Brangkal jebol, di Desa Wringinrejo. Selanjutnya, rusaknya jembatan Bupak yang menghubungkan dua desa yakni Desa Kebontunggul dan Desa Gondang. Jebolnya 2 titik tanggul Sungai Sadar di Desa Kedunggempol, Kecamatan Mojosari. 3 titik tanggul Sungai Gembolo jebol di Desa Tunggalpager dan 2 titik tanggul sungai Gembolo jebol di Desa Jabontegal, kecamatan Pungging,” ucap Bupati Ikfina di ruang rapat Swagata, Pemkab Jombang, Selasa (12/3-2024) pagi.
Selain mengakibatkan tanggul sungai jebol, Bupati Ikfina juga mengatakan, bencana banjir yang terjadi juga mengakibatkan lahan sawah di enam desa yang ada di wilayah Kecamatan Mojosari terendam banjir.
“Total ada 263 hektar area persawahan yang terendam banjir dan beresiko gagal panen,” jelasnya.
Akibat banjir sedikitnya lebih dari 6.000 warga dari 7 kecamatan terdampak. Yakni di Kecamatan Pungging, Mojosari, Bangsal, Mojoanyar, Sooko, Puri, Kutorejo.
“Akibat banjir tersebut, setidaknya 6.232 KK terdampak, selain itu upaya yang telah kami lakukan yaitu mengevakuasi warga rentan, mengevakuasi warga yang terdampak. Kami juga telah menyiapkan lokasi pengungsian, mendirikan dapur umum, mendirikan pos kesehatan. Selain itu, kami juga melakukan upaya penyedotan air, upaya penutupan tanggul jebol, dan mendistribusikan kebutuhan mendesak,” ujarnya.