IM.com – Kelurahan Prajurit Kulon merupakan salah satu wilayah di Kota Mojokerto, Jawa Timur yang memiliki luas wilayah 1,377 kilometer.
Nama Kelurahan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto dikenal banyak orang sebagai sentranya home industri kerajinan alas kaki dan miniatur kapal pinisi. Namun tidak banyak yang tau jika akan sejarah cikal bakal Prajurit Kulon.
Kelurahan Prajurit Kulon menurut tokoh masyarakat, Dimas Pekik berawal dari dua orang prajurit Mataram yang berjuang melawan tentara Belanda. Yakni Mbah Sabuk Alu dan Mbah Cinde Amoh.
Pada saat itu, di tahun 1815 saat peperangan Kesultanan Mataram melawan Belanda, ada sembilan prajurit yang dipimpin oleh Mbah Sabuk Alu dan Mbah Cinde Amoh melarikan diri menuju Mojokerto.
Karena banyaknya prajurit Kesultanan Mataram yang gugur saat melawan Belanda.
Kesembilan prajurit tersebut melompat ke Sungai Brantas mengikuti arus hingga sampailah di Mojokerto tepatnya di Desa Pelabuhan, Canggu, Kabupaten Mojokerto. Kemudian mereka berpisah untuk melakukan kehidupan baru di Mojokerto, termasuk Mbah Sabuk Alu dan Mbah Cinde yang memilih tetap bersama.
Dan akhirnya Mbah Sabuk Alu dan Mbah Cinde Amoh menuju ke wilayah yang menjadi cikal bakal Kelurahan Prajurit Kulon. Di lokasi itu mereka melihat pemukiman penduduk dan banyak masyarakat dari usia muda hingga tua berkumpul jadi satu.
Ternyata masyarakat di wilayah desa tersebut adalah kelompok orang yang ingin melawan Belanda, namun masih belum ada pemimpin untuk memulai perjuangan.
Singkat cerita kedua sahabat tersebut Sabuk Aluh dan Mbah Cinde menjadi pemimpin dan mengajarkan teknik peperangan kepada masyarakat desa untuk melawan Belanda.
Pada saat itu, terdapat mata-mata Belanda yang mengetahui apabila masyarakat desa ini ingin melakukan peperangan kepada Belanda yang dipimpin oleh Sabuk Aluh dan Cinde Amoh.
Mata-mata tersebut melaporkan kepada tentara Belanda untuk menyerang masyarakat desa. Dan akhirnya desa diserang oleh tentara Belanda, banyak masyarakat desa melarikan diri menuju menuju arah barat yaitu Desa Tempuran di Kabupaten Mojokerto.
Saat itu, banyak masayarakat desa yang berguguran meninggal dunia. Dan akhirnya Mbah Sabuk Alu tertangkap oleh tentara Belanda dan ditembak, namun dengan kesaktiannya, Mbah Sabuk Alu tidak bisa mati. Disaat itu Mbah Sabuk Alu berpesan kepada Mbah Cinde Amoh untuk menyelamatkan warga desa lainnya dan berpencar.
Sebagian warga desa yang masih selamat juga kembali melarikan diri bersama mbah Sabuk Alu untuk masuk ke dalam hutan yang masih disekitaran Desa Prajuritkulon.
Dan akhirnya Mbah Sabuk Alu menggunakan kekuatannya, hingga di dalam hutan tentara Belanda dihabisi Mbah Sabuk Alu dan masyarakat yang masih tersisa tersebut.
Sementara itu Mbah Cinde Amoh bersama masyarakat yang mengikutinya juga memenangkan peperangan melawan Belanda.
“Jadi saat itu dinamakan Desa Prajuritkulon, dikarenakan mengingat perjuangan Mbah Sabuk Alu dan Mbah Cinde Amoh,” kata Dimas Pekik.
Pria berusia 66 tahun ini mengungkapkan, jika nama Prajurit itu diambil dari kedua prajurit Kesultanan Mataram, Sabuk Alu dan Cinde Amoh. Sedangkan nama Kulon itu diambil dari awal mula Mbah Sabuk Alu dan Mbah Cinde Amoh menceburkan diri di Sungai Brantas dan muncul di Desa Pelabuhan, Canggu, Mojokerto.
“Nah saat ini wilayah Kelurahan Prajurit Kulon itu di Kulonnya (barat) sungai Brantas. Maka dari itu dinamakan Prajurit dari Kulon Brantas atau disebut Prajurit Kulon,” ungkapnya.
Pekik juga menceritakan nama Mbah Cinde Amoh, kenapa dinamakan Mbah Cinde Amoh, dikarenakan pakaian yang dipakai prajurit pada waktu perang di Mataram melawan Belanda sudah robek semua dan masih dipakai. Jadi Cinde itu pakaian dan Amoh itu robek-robek.
Sementara julukan Mbah Sabuk Alu. Karena prajurit ini selalu memakai, sabuk atau ikat pinggang yang terbuat dari kayu kelapa atau alu. Dan akhirnya dinamakan Mbah Sabuk Alu.
“Jadi untuk saat ini Petilasan Mbah Sabuk Alu dan Mbah Cinde Amoh di Kelurahan Prajurit Kulon Masih sangat terawat. Petilasan tersebut menandakan benar adanya cerita asal muasal nama Kelurahan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto,” pungkas Pekik. (rik/rif)