IM.com – Isu lingkungan hidup tidak luput dari perhatian cabup-cawabup Mojokerto nomor urut 1 Ikfina Fahmawati dan Sa’dulloh Syarofi (Gus Dulloh). Pasangan Idola akan menggandeng perusahaan pengolahan limbah untuk mengolah sampah rumah tangga menjadi barang yang bermanfaat dan berharga.
Pasangan Ikfina-Gus Dulloh akan menerapkan sistem terintegrasi dalam memanfaatkan sampah rumah tangga. Hal itu disampaikan Calon Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati saat kampanye di PT Putra Restu Ibu Abadi (PRIA) di Desa Lakardowo, Jetis, Rabu (16/10/2024).
“Ke depan kami (Pasangan Idola) akan fokus terhadap pengolahan sampah rumah tangga supaya lebih bermanfaat dan memberikan solusi atas penumpukan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) kita,” kata Ikfina.
Pernyataan Ikfina mendapat sambutan antusias dari ratusan karyawan PT PRIA. Mereka terus meneriakkan pasangan yel-yel ‘Ikfina dan Gus Dulloh Idola PT PRIA’.
Ikfina lantas meninjau langsung sistem pengolahan dan pemanfaatan berbagai jenis limbah di peruaahaan ini. Mulai dari sistem pembakaran atau insenerator, hingga pengolahan limbah menjadi batako.
“Saya merasa menjadi bagian dari keluarga besar PT PRIA. Berikan rerstu kepada saya dan Gus Dulloh, kami berdua akan melanjutkan tugas kembali menjadi bupati dan wabup Mojokerto. Maka saya minta tolong anda semua bersama keluarga tanggal 27 November coblos nomor 1,” ujar Ikfina kepada ratusan karyawan PT PRIA.
Menjaga kelestarian lingkungan hidup di Kabupaten Mojokerto menjadi salah satu misi pasangan Idola. Apabila terpilih menjadi Bupati dan Wabup Mojokerto periode 2025-2030, Ikfina dan Gus Dulloh bakal menerapkan sistem terintegrasi untuk mengatasi masalah sampah rumah tangga.
Pengolahan dan pemanfaatan sampah rumah tangga tersebut, lanjut Ikfina, bakal dibuat tersistem dan terpadu. Mulai tahap pengumpulan, pemilahan, daur ulang, sampai pemusnahan sampah yang tak bisa didaur ulang. Pada tahap daur ulang dan pemusanahan, salah satu kolaborasinya dengan PT PRIA.
“Sistem kami buat lebih tertata skala kabupaten, seperti di Jepang, sampah diambil terjadwal setiap hari sesuai jenisnya, kita sesuaikan dengan budaya kita. Yang jelas kami akan bergerak menuju ke situ. Karena itu suatu bentuk perubahan perilaku,” jelasnya.
Ikfina mengaku sangat antusias ketika melihat insenerator milik PT PRIA yang pembakarannya mencapai suhu 1.200 derajat celcius. Menurutnya, bakteri maupun virus dipastikan musnah pada suhu tersebut. Hanya saja, dibutuhkan teknologi mutakhir untuk mengolah dan memanfaatkan abu sisa pembakaran.
“Selama ini abu dikirim ke perusahaan pengolahan limbah yang mendapat legalitas dari pemerintah, di sana ditimbun. Kalau kita paham dan tahu ilmunya, saya yakin itu akan menjadi hal yang produktif. Ini tantangan kita ke depan bagaimana teknologi kita tingkatkan,” tandasnya. (imo)