IM.com – Kementerian Kehutanan RI mendorong pihak swasta untuk turut aktif melestarikan sumber air di Trawas, Kabupaten Mojokerto. Hal ini mengingat, banyak perusahaan yang ikut memanfaatkan sumber air bersih tersebut untuk kegiatan produksinya.
Dirjen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan (Dirjen PDASRH) Kementerian Kehutanan, Dyah Murtiningsih, mengatakan, banyak pihak yang ikut memanfaatkan sumber air bersih di Kecamatan Trawas. Oleh karena itu, pihaknya mengajak kalangan swasta, termasuk perusahaan di Mojokerto agar terlibat dalam upaya menjaga kelestarian sumber air.
“Kita berharap ada banyak sektor-sektor swasta yang terlibat, karena mereka juga menggunakan air dalam produksinya. Maka mereka harus menjaga air dengan program-progaram serupa,” kata Dyah Murtiningsih.
Hal itu disampaikan Dirjen PDASRH Kementerian Kehutanan di sela kegiatan penanaman pohon di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Mojokerto, Kamis (5/12/2024). Giat yang digelar Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDAS) Brantas Sampean, Jawa Timur, ini, dalam rangka melestarikan sumber air.
“Penanaman ini untuk menyerap dan menyimpan air dan tentu saja untuk menghindari bencana. Kita berharap upaya ini bisa untuk menjaga air di Kabupaten Mojokerto,” terang Dyah.
Kementerian Kehutanan telah menetapkan Desa Seloliman, Trawas, menjadi kawasan agroforestry dalam program Mewlafor yakni Mangrove, Wetland, and Land Agroforestry. Dyah menjelaskan, program ini untuk melakukan agroforestry di lahan seluas 251 haktere dan penanaman pohon bambu di lahan 140 haktare.
“Setelah tiga tahun, program ini baru bisa dirasakan. Tetapi tidak bisa hanya sampai waktu 3 tahun lalu berhenti begitu saja, nanti harus dilanjutkan oleh LSM, swasta dan banyak pihak bahkan masyarakat untuk menjaga sumber air,” ungkapnya.
Kegiatan penanaman pohon dalam program Mewlafor di Desa Seloliman, Kecamatan Trawqas juga dihadiri oleh Project Meneger Mewlafor Christian Susan dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaaten Mojokerto, Zaqqi mewakili Bupati Mojokerro Ikfina Fahmawati. Selain itu, turut hadir perwakilan legislatif, sektor swasta, NGO, penggiat lingkungan sam sekitar 20 kelompok tani hutan (KTH) dari proyek ini. (imo)