IM.com – Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto menanggapi ambruknya atap bangunan SDN Gunungan, Kecamatan Dawarblandong yang sudah terbengkalai selama hampir 2 tahun. Selama ini, pemerintah daerah tidak memberikan anggaran perbaikan karena kerusakan bangunan sekolah itu bukan termasuk prioritas rehabilitasi dari Dana Alokasi Khusus (DAK).
Kabid sarana prasarana Dinas pendidikan (Disdik) kabupaten Mojokerto, Indi Ilmiah menuturkan, sebelumnya dinas pendidikan telah beberapa kali melakukan monitor terhadap SDN Gunungan ini. Namun, ruangan yang rusak belum mendapat perhatian lebih, sebelum ketiga ruangan ini ambruk.
“Untuk kerusakan juga ada penilaian dari DPUPR dan setiap tahun sudah mengupload itu, persyaratan sudah terpenuhi. Namun kita terkendala anggaran dan tingkat kerusakan yang bukan prioritas,” terang Indi saat meninjau SDN Gunungan (3/1/2025).
Melihat kondisi kerusakan saat ini, kata Indi, juga terbilang masih tak separah sekolah yang lain. Sebab, ruangan yang ambruk tersebut sudah tak terpakai. Selain itu, tak menganggu proses belajar mengajar.
Ia menyebut, terdapat tingkat prioritas untuk mengusulkan dana rehabilitasi yakni melalui DAK, APBN dan APBD. Sebab untuk mendapatkan anggaran tersebut harus bersaing bersama sekolah lain yang memiliki tingkat kerusakan lebih parah.
“Karena dana juga terbatas, dan yang ditangani juga banyak sekali. Untuk menangani rehab, kita ada prioritasnya. Seperti sekolah yang ruang kelasnya terbatas dan mengalami kerusakan yang lebih parah, itu dulu yang kita utamakan,” tuturnya.
“Ini totalnya kalau rehab paling tidak masih membutuhkan dana sekitar 800 juta,” sambungnya.
Menurutnya, pengajuan dana rehabilitasi, tergantung pada isian dapodik dari kepala sekolah (Kepsek). Sebab, terdapat beberapa pertimbangan untuk merealisasikan anggaran tersebut. Seperti, kondisi ruangan, tingkat kerusakan serta jumlah kelas untuk kapasitas peserta didiknya.
“Bukan berarti tidak di acc, insyaallah hanya menunggu urutanya saja, dari sekolah prioritas,” sambungnya.
Ia menambahkan, upaya sementara yang dilakukan adalah menghimbau pihak sekolah agar segera mengamankan material atap ambruk. Karena dapat membahayakan peserta didik yang bermain di sekitar atap yang ambruk.
“Untuk genting yang masih utuh, bisa disimpan dulu sambil menunggu proses rehab,” cetus Indi.
Seperti diberitakan, atap bangunan di sekolah dasar negeri (SDN) Gunungan, Kecamatan Dawarblandong, Mojokerto ambruk pada Senin (30/12/2024). Bagian yang runtuh adalah konstruksi penyangga atap tiga ruangan yakni kelas 1A, 2A dan usaha kesehatan sekolah (UKS).
“Untungnya waktu itu anak-anak sedang libur dan tidak sampai menganggu proses belajar mengajar. Alhamdulillah ruangan kita masih cukup,” kata Kepala SDN Gunungan Sokip kepada wartawan di lokasi (3/12/2024).
Baca Juga: Atap Bangunan Sekolah SDN Gunungan Dawarblandong Ambruk Sudah 2 Tahun Diabaikan Dispendik
Selama hampir sepekan, belum ada respon positif dari Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto. Hal ini menjadi sinyal bahwa pihak sekolah harus kembali melakukan rehabilitasi bangunan secara mandiri tanpa dukungan anggaran dari pemerintah daerah.
Sokip mengungkapkan, pihaknya pernah melakukan rehabilitasi bangunan itu secara mandiri dengan dukungan komite sekolah dan perangkat desa pada tahun 2019 silam. Namun, pada tahun 2022 ruangan tersebut kembali mengalami kerusakan.
“Kondisinya mengkhawatirkan, terutama pada bagian plafon,” terang Sokip.
Pihak sekolah, lanjut Sokip, sudah beberapa kali mengajukan usulan perbaikan ke Dispendik Kabupaten Mojokerto yakni pada tahun 2020 dan 2023. Namun pengajuan itu tidak pernah mendapat respon dan tindaklanjut dari pemda.
Sehingga, pihak sekolah memilih untuk mengosongkan ruangan tersebut demi keselamatan dan kenyamanan proses belajar mengajar. Dengan pertimbangan agar kegiatan belajar mengajar (KBM), dan ekstrakurikuler tetap berjalan normal.
“Akhirnya kita kosongkan sejak 2 tahun yang lalu, demi keselamatan guru dan murid,” tandas Sokip
Hingga saat ini, pihak sekolah masih menunggu respon dari Dinas Pendidikan terkait peristiwa ambruknya bangunan tiga ruangan yang sudah lama terbengkalai itu. Sokip menyebutkan, sempat terdengar kabar bahwa anggaran rehabilitasi itu akan turun pada 2024 lalu, tetapi akhirnya tidak pernah terealisasi.
“Katanya tahun 2024 akan direalisasikan, tapi kenyataannya enggak. Harapan saya untuk secepatnya dibangun, karena ruangan ini bisa dipakai untuk kegiatan ekstrakurikuler lainya,” beber Sokip. (sis/imo)