Peternak sedang memberikan obat-obatan ke sapi ternaknya untuk mencegah dan menanggulangi penyebaran virus PMK.

IM.com – Masyarakat, khususnya para peternak perlu lebih memahami penyakit mulut dan kuku yang banyak menjangkiti sapi dan hewan ternak lain. Pemahaman yang menyeluruh menjadi langkah awal untuk menanggulangi penularan penyakit yang semakin menyebar cepat di Kabupatan Mojokerto dan Jombang.

Wabah penyakit  mulut dan kuku (PMK) telah menginfeksi puluhan sapi ternak di Mojokerto dan tren penularannya terus menyebar. Virus ini dapat membunuh sapi jika tak terdeteksi dan segera ditangani paling lama 7 hari setelah terjangkit.

Penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah virus RNA dari genus Apthovirus dan keluarga Picornaviridae. Virus yang bernama ilmiah, Foot and Mouth Disease virus (FMDV) ini sangat rentan terhadap hewan berkuku belah atau genap. Seperti, sapi, kerbau, babi, kambing, dan domba.

Virus ini dapat menular melalui kontak fisik dan bisa menyebar terbawa angin, dengan radius hingga 10 KM. Partikel virus PMK berukuran 25–30 mm, memiliki kapsid ikosahedral yang tersusun dari unsur oleh protein, tidak beramplop, dengan genom berupa RNA untai tunggal dengan sense-positif.

Virus ini menyerupai cangkang yang melindungi genomnya. Namun, tidak semua genom virus ikosahedral terbungkus.

Dokter hewan Dinas Pertanian (Disperta) Kabupaten Mojokerto, Nurul Hidayah menjelaskan, sapi yang terinfeksi virus PMK dapat dilihat dari beberapa gejala yang menyertainya. Sebelum sapi itu mengalami komplikasi dan berujung pada kematian.

Gejala sapi yang terjangkit virus ini antara lain, demam tinggi, nafsu makan berkurang, air liur berlebih dan mulut berbusa. Jika gejala awal tidak segera ditangani, maka akan muncul luka-luka seperti sariawan pada rongga mulut dan lidah, kaki pincang, luka pada kaki serta lepasnya kuku dan kesulitan berdiri.

“Kalau sudah ambruk itu sudah parah, itu gejala terakhirnya,” cetus Nurul Hidayah kepada wartawan, Senin (6/1/2025).

Menurutnya, penularan virus PMK dapat dicegah dengan cara pemberian vitamin dan vaksinasi. Selain itu, untuk mencegah infeksi sapi ternak semakin parah, pemberian obat-obatan juga dapat dilakukan. Seperti, obat analgesik, antibiretik serta antibiotik.

“Jika tidak ada penanganan sama sekali, sapi ternak akan mati dalam kurun waktu 7 hari, pasca masa inkubasi,” katanya.

Meski demikian, Nurul menghimbau kepada para peternak agar tidak panik dengan merebaknya kasus PMK. Sebab, hewan ternak yang terinfeksi virus ini, besar harapanya untuk dapat disembuhkan.

Untuk itu, Disperta Kabupaten Mojokerto meminta kepada para peternak  yang mendapati hewan ternaknya terpapar PMK segera melapor ke Pemkab Mojokerto atau instansi terkait. Laporan dini agar hewan yang terjangkit segera mendapat penanganan cepat.

“Jadi Puskeswan kami ada 3, di kecamatan Dawar, Puri dan Pacet. Setiap Puskeswan, membawahi sekitar 6-7 wilayah. Jadi setiap kecamatan itu ada petugas medik dan paramedik,” jelasnya.

Selain itu, ia juga meminta peternak untuk berperan aktif dalam hal mengawasi hewan ternaknya yang sedang dalam masa pengobatan. Peternak  juga harus memastikan asupan gizi dan kalori pada hewan ternak harus tercukupi.

“Kalau sapi enggak mau makan, sebaiknya peternak menyuapinya. Bagaimana pun caranya hewan ternak harus tetap makan dan minum,” terangnya.

Nurul memastikan, virus ini tidak menular kepada manusia. Selain itu, daging dan susu hewan yang terpapar PMK juga aman untuk dikonsumsi, jika dimasak dengan cara yang benar.

“Daging dan susu hewan PMK aman dikonsumsi. Namun, kami mengimbau agar direbus minimal 30 menit sebelum dimasak,” pungkas Nurul Hidayah. (sis/imo)

10

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini