

IM.com – Jalan penghubung antar Desa Paringan dan Lakardowo, Kecamatan Jetis, Mojokerto, rusak parah. Jalan sepanjang hampir 1 KM ini sudah 5 tahun tak tersentuh perbaikan dari Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang (DPUPR).
Pantauan di lokasi, kondisi jalan sudah rusak parah hingga sebagian aspal sudah hilang. Material jalan yang tersisa hanya berupa tanah dan batu kerikil dengan berbagai ukuran.
Selain itu, banyaknya kubangan dengan kedalaman dan lebar yang bervariasi. Kondisi tersebut membuat rawan kecelakaan, sehingga kendaraan yang melintas harus ekstra hati-hati.
“Kondisinya ya parah, apalagi kalau habis hujan itu airnya mengenangi jalan. Kalau soal kecelakaan atau orang jatuh itu sudah sering, pernah ada yang patah tulang juga,” ujar Yoyok (41) warga Desa Paringan, kepada wartawan di lokasi, Jumat (14/2/2025).
Yoyok mengatakan, jalan tersebut terakhir diperbaiki pada sekitar tahun, 2010 silam. Hingga kondisinya mulai rusak pada 2020 lalu, jalan tersebut tak pernah mendapat sentuhan perbaikan dari dinas terkait hingga saat ini.
“Kabarnya, desa sudah pernah mengajukan permohonan perbaikan, enggak tau kemana. Tapi selama ini enggak pernah ada tindak lanjut perbaikan dari dinas terkait,” ungkap Yoyok.
Menurut Yoyok, warga pernah beberapa kali melakukan perbaikan secara swadaya, dengan cara bergotong royong dan mengalang iuran. Perbaikan jalan dari uang patungan itu terakhir pada tahun, 2024 yang lalu.
“Warga pernah 4-5 kali gotong royong, iuran, jalan yang berlubang itu ditambal pakai sirtu, sampai habis banyak. Warga terakhir memperbaiki ya tahun kemarin (2024), sudah cape jadi dibiarkan saja,” tuturnya.
Suwandi (55) warga Desa Paringan menambahkan, jalan ini merupakan alternatif terdekat yang menghubungkan antara desanya dengan Lakardowo. Setiap hari, warga dan para pelajar sekolah SD hingga SMP yang hilir mudik terpaksa melintasi jalan terjal ini demi menempuh jarak yang lebih dekat.
Sebab, memilih untuk memutar arah melalui jalan raya, akan menempuh jarak sekitar 3 KM. Para pelajar pun harus mengawali keberangkatan menuju sekolah jika ingin memutar ke jalan raya.
“Ya lewat sini, kejauhan kalau muter lewat jalan raya, paling enggak ya masih 3 KM,” sambungnya
Suwandi menilai, kondisi jalan cukup berbahaya bagi penguna jalan. Terlebih masyarakat dari luar daerah dan posisinya pasca diguyur hujan. Selain memicu kecelakaan, jalan tersebut juga menjadi akses pendidikan.
“Memang warga dulu pernah gotong royong, iuran, buat perbaikan. Ya, warga sudah cape. Harapannya segera diperbaiki lah,” pungkasnya. (sis/imo)