
IM.com – Tindak penganiayaan dan kekerasan berbalut jasa penagihan (debt collector) mendominasi aksi premanisme di Jawa Timur. Kepolisian berhasil mengungkap 1.863 kasus hanya dalam dua pekan pelaksanaan Operasi Pekat II Semeru 2025.
Dari 1.863 kasus kekerasan, tindakan penganiayaan yang paling banyak terjadi. Lalu kasus pemerasan, gangster, dan aksi kriminal jalanan (street crime) lainnya.
Dirkrimum Polda Jawa Timur Kombes Farman mengungkapkan bahwa modus penganiayaan dilakukan oleh individu maupun kelompok. Operasi Pekat II Semeru dilakukan Polda Jawa Timur dan Polres jajaran pada 1-14 Mei 2025.
“Perkara yang paling banyak terjadi adalah penganiayaan, kemudian pemerasan, dan diikuti oleh aksi gangster. Yang lainnya diikuti oleh pencak silat, debt collector, street crime, dan (tawuran) antar kelompok,” kata Farman dalam konferensi pers, Jumat (16/5/2025).
Operasi Pekat Semeru 2025 tahap kedua melibatkan 275 personel dan menyasar 2.566 target. Dalam operasi tersebut, petugas berhasil membekuk sebanyak 2.300 tersangka.
Farman menyebutkan, kasus pemerasan yang diungkap dalam operasi tersebut sebagian besar melibatkan debt collector. Menurutnya, para debt collector tersebut kerap memaksa seseorang untuk memberikan uang dengan cara intimidasi dan ancaman.
“Yang kami tangani, terutama hasil ungkap, itu mereka memaksa untuk memberikan uang sebagian besar. Untuk di industri tidak ada, tapi yang terjadi sebagian besar oleh DC (debt collector),” ujarnya.
Bahkan, baru-baru ini pihaknya berhasil mengungkap kasus penyekapan dan pemerasan oleh debt collector di wilayah Malang. Dalam aksi tersebut, korban dipaksa menyerahkan uang di bawah tekanan ancaman fisik.
Kasus tersebut langsung ditindaklanjuti oleh kepolisian dan para pelaku kini menjalani proses hukum. Farman menegaskan, tidak ditemukan indikasi aksi kekerasan kelompok yang terkait dengan ormas tertentu.
“Berdasarkan hasil ungkap yang kami lakukan, kelompok yang kami tindak sementara ini tidak ada yang terafiliasi dengan ormas,” terangnya. Hal ini mengindikasikan bahwa aksi premanisme tersebut lebih banyak dilakukan oleh kelompok independen.
Menurut Farman, pengungkapan besar-besaran tersebut diharapkan bisa menekan angka kekerasan dan tindakan premanisme di Jatim. Ia menegaskan, pihaknya akan terus melakukan operasi serupa secara berkala demi menjaga keamanan masyarakat.
“Kami ingin menciptakan suasana aman dan nyaman di Jawa Timur. Tidak boleh ada aksi premanisme yang mengganggu ketertiban,” tegasnya.
Polda Jawa Timur mengimbau kepada masyarakat agar tidak ragu melapor jika menemukan praktik premanisme di lingkungan sekitar. Kepolisian siap bertindak tegas terhadap segala bentuk aksi kekerasan demi menciptakan situasi yang aman dan kondusif.
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Julest Abbast menambahkan, operasi ini adalah bagian dari komitmen kepolisian dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Ia juga mengapresiasi kerja keras seluruh jajaran yang telah turut serta dalam keberhasilan operasi ini.
“Pengungkapan ini adalah bukti nyata dari komitmen kami dalam memberantas penyakit masyarakat. Kami tidak akan berhenti sampai situasi benar-benar aman dan kondusif,” pungkasnya. (imo)