Zen Zauhari, atlet anak-anak cabang olahraga renang asal Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

IM.com – Di balik gemuruh tepuk tangan di podium-podium kejuaraan, tidak semua atlet lahir dari fasilitas mewah dan dukungan dana melimpah. Sebagian justru tumbuh dari keterbatasan, menjadikan kolam sebagai ladang harapan dan semangat sebagai modal utama. Salah satu di antaranya adalah Muhammad Zen Zauhari (12), atlet renang belia asal Mojokerto yang kini mulai mencuri perhatian dunia olahraga air.

Sejak duduk di bangku kelas 2 SD Gondang, Zen sudah jatuh hati pada renang. Bakatnya tercium oleh Abdul Kadir, guru olahraga di sebuah sekolah yang kemudian mengenalkannya lebih dalam pada dunia akuatik. Dalam waktu singkat, Zen tak hanya belajar menyelam dan mengapung, tapi mulai menekuni berbagai gaya: gaya bebas, dada, kupu-kupu, hingga gaya punggung yang menjadi favoritnya.

Kini Zen tergabung dalam HWAC – Hayam Wuruk Aquatic Club, tempat ia berlatih setiap hari (kecuali Minggu dan hari besar) selepas pulang sekolah. Di kolam renang Hayam Wuruk, Zen dan tiga rekannya menempuh latihan rutin selama dua jam, mulai pukul 14.00.

“Di Mojokerto belum ada kolam renang khusus atlet, jadi latihan masih dilakukan di fasilitas umum,” tutur Mufarikin (45), ayah Zen, yang sehari-hari berdagang untuk menghidupi keluarganya.

BIAYA BESAR
Olahraga renang, meski terlihat sederhana, menuntut pengeluaran yang tak sedikit. Untuk membayar pelatih, setiap bulan, orang tua Zen mengeluarkan Rp 200 ribu, ditambah tiket masuk kolam sebesar Rp 12.000 per sesi. Belum lagi perlengkapan, transportasi, hingga biaya akomodasi saat lomba.

“Kalau ada informasi lomba, pelatih pasti memberi tau. Tapi yang jadi masalah adalah biayanya,” ungkap Mufarikin. “Pernah ada kejuaraan di luar Jawa Timur, tapi kami tak bisa ikut karena dananya belum ada.”

Namun keterbatasan bukan alasan berhenti. Pada Oktober 2024, Zen mencatatkan prestasi gemilang dengan menyabet dua medali emas dalam ajang Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN).

Di kejuaraan Jatim Open 2024, ia meraih posisi ketiga. Gelar-gelar ini kian memperkuat langkahnya di dunia renang. Kadang hadiah berupa sertifikat, medali, bahkan uang pembinaan sebesar Rp 500 ribu diterimanya, meski tak selalu.

Tahun ini Zen tengah menunggu kesempatan berlaga di kejuaraan yang digelar KONI Jatim di kolam renang kawasan Jl. Kertajaya Indah, Surabaya.

Perjalanan Zen mengingatkan kita pada kisah Joseph Schooling dari Singapura yang mengalahkan idolanya, Michael Phelps di Olimpiade Rio 2016. Schooling berasal dari keluarga kelas menengah dan harus berlatih ke luar negeri demi fasilitas yang layak. Keluarganya bahkan menjual properti untuk membiayai pelatihannya. Usaha itu membuahkan emas pertama dalam sejarah Singapura.

Di Indonesia sendiri ada nama I Gede Siman Sudartawa, perenang asal Bali yang mulai berlatih di kolam seadanya di kampung halamannya. Siman mengukir prestasi di SEA Games dan menjadi andalan nasional. Ini menunjukkan bahwa keterbatasan bukan hambatan untuk berprestasi. (kim)

103

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini