Untuk menakuti tuyul, pedagang memasang kaca di dalam kotak uangnya.

IM.com – ‎Fajar belum sepenuhnya merekah ketika Pasar Brangkal, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur mulai terisi aroma sayur basah, anyir ikan segar, dan riuh obrolan pedagang.

Suara tawar-menawar masih samar, belum sepenuhnya mengusir sisa gelap malam. Namun di balik kesibukan itu, ada bisik-bisik yang tak pernah sirna, kisah tentang “duwik balik”, uang gaib yang mampu kembali ke pemiliknya tanpa jejak.

‎Di dunia perdagangan pasar, kehilangan uang bukan hal asing. Tapi duwik balik berbeda. Uang itu berpindah tangan secara sah dibayar untuk belanja, namun entah bagaimana, beberapa saat kemudian lenyap dari laci, kotak uang, bahkan dompet. Bukan tuyul, kata sebagian, melainkan ilmu halus yang memaksa uang pulang pada empunya.

‎Suwanto, pedagang sayur yang sudah bertahun-tahun menempati sudut pasar, mengingat betul hari apesnya. “Pagi itu ada pembeli bayar seratus ribu. Saya masukkan ke kotak uang. Beberapa saat  kemudian, hilang. Bukan cuma uangnya, kembalian yang sudah saya keluarkan pun ikut raib,” suaranya tercekat.

‎Suwanto mencoba mencari di dompet, di kantong celana bahkan di bawah lapak, hasilnya nihil. “Rasanya seperti ada tangan halus yang mengangkat uang itu tanpa saya sadari,” tambahnya.

‎Di sebelahnya, Sarti, pedagang sayur  menghela napas panjang. “Kalau lama hidup di pasar, wajar kalau sering lihat keanehan. Kadang dagangan anyep, nggak laku-laku, padahal kualitasnya bagus. Kadang uang lenyap begitu saja. Ada yang bilang itu rezeki disedot orang,” ujarnya dengan tatapan waspada.

‎Untuk melindungi diri, para pedagang mengikuti pitutur orang tua dengan memasang kaca di laci uang agar tuyul takut mendekat. Pantulan wajahnya konon membuat makhluk kecil itu enggan mengambil uang.

‎Sarti bahkan rajin menyiram lapaknya dengan air bekas cucian beras setiap pagi. “Biar dagangan nggak sepi pembeli, uang juga nggak kabur,” katanya sambil tertawa.

‎Apakah semua itu terbukti? Di pasar, kepercayaan kadang lebih penting daripada logika.

‎Bukan hanya pasar sayur yang dihantui kisah ini. Di rumah potong hewan Kedurus, Surabaya, cerita duwik balik juga hidup. Pak Sutikno, dikenal sebagai Pak Tik adalah seorang spiritualis yang sering diminta menjaga kawasan itu dari serangan gaib.

‎Menjelang tengah malam, ketika bau darah hewan memadat di udara, Pak Tik berkeliling memeriksa setiap sudut. “Tugas saya memantau, memastikan tak ada tuyul atau orang yang belanja pakai duwik balik,” ujarnya datar.

‎Menurutnya, tuyul memang masih ada, bekerja sesuai perintah pemiliknya. Tapi duwik balik lebih licik.

“Uangnya benar-benar berpindah ke tangan penjual. Tapi beberapa saat kemudian, hilang seperti ditarik kekuatan tak kasat mata,” ujarnya sambil menatap gelap di luar jendela.

“Kalau ketemu tuyul, saya usir. Kalau duwik balik, biar uangnya menguap di pemiliknya.”

‎Di mana pun ada pasar, di situ selalu ada cerita. Antara aroma kembang setaman, suara langkah tergesa dan tatapan curiga, kisah duwik balik mengalir dari mulut ke mulut.

‎Bagi sebagian orang, ini hanyalah dongeng pedagang. Tapi bagi mereka yang pernah merasakan kotak uangnya mendadak kosong, duwik balik adalah kenyataan pahit. Seperti pasar yang bisa kehilangan suaranya, rezeki pun bisa menghilang tanpa jejak, dibawa pulang oleh tangan-tangan yang tak terlihat. (kim)

49

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini