Para aktor cilik BMS sedang latihan menjelang pementasan di Gedung Balai Budaya Surabaya.

IM.com – ‎Bengkel Muda Surabaya (BMS) mementaskan teater anak berjudul “Hikayat Anak yang Sombong” di Gedung Balai Budaya, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu, 30 Agustus 2025 pukul 19.00 WIB.

‎Garapan berdurasi 45 menit ini diangkat dari kisah rakyat Sunda, legenda Sangkuriang, yang menceritakan asal-usul Gunung Tangkuban Perahu. Namun, BMS memberi sentuhan baru dengan membingkainya sebagai kisah reflektif tentang kesombongan seorang anak yang berujung pada kehancuran.

‎Legenda Sangkuriang berpusat pada tokoh Sangkuriang, pemuda sakti putra Dayang Sumbi dan Tumang, anjing kerajaan yang dikutuk. Dalam perjalanannya, Sangkuriang tanpa sadar membunuh ayahnya lalu pergi mengembara. Saat dewasa, ia bertemu kembali dengan ibunya tanpa mengetaui siapa sebenarnya wanita berparas cantik  itu.

‎Ketika hendak menikahi Dayang Sumbi, sang ibu mengajukan syarat mustahil, buatkan bendungan dan perahu besar dalam satu malam. Sangkuriang hampir berhasil, namun doa Dayang Sumbi mempercepat terbitnya fajar. Gagal menuntaskan pekerjaannya, Sangkuriang murka lalu menendang perahu yang akhirnya terbalik menjadi Gunung Tangkuban Perahu.

‎Menurut sutradara Heroe Budiarto, pesan utama lakon “Hikayat Anak yang Sombong” ini merupakan pengingat bagi generasi muda agar rendah hati, menghormati orang tua serta menjaga harmoni dengan alam. “Kesombongan, amarah dan lupa diri hanya akan membawa kehancuran, sedangkan kebijaksanaan melahirkan kedamaian,” ujarnya.

‎Dalam pementasan ini, BMS mencoba mempertahankan nuansa folklor Nusantara yang biasa dituturkan orang tua kepada anak-anak sebelum tidur. Unsur musikal, nyanyian serta permainan imajinasi menjadi elemen penting agar kisah klasik tetap menarik bagi penonton cilik masa kini.

‎“Tidak mudah merawat sanggar di tengah kondisi sosial yang makin profan. Karena itu kami mengembangkan teater anak sebagai cara untuk menjaga eksistensi,” kata Dindy Indiyati, manajer produksi. Ia menambahkan, regenerasi menjadi tantangan besar bagi BMS, yang sejak berdiri pada 1972 terus bertahan di komplek Balai Pemuda Surabaya.

Para pendukung Teater Anak BMS sedang latihan jelang pentas.

‎PRODUK KOLEKTIF

‎Pementasan ini digarap oleh tim produksi yang melibatkan puluhan seniman muda. Selain Heroe Budiarto sebagai sutradara, ada Amir Kiah sebagai supervisor, Dindy Indiyati sebagai stage manager, serta dukungan belasan kru artistik, pemusik, dan lighting.

‎Tak kurang dari 34 pemain anak-anak ikut serta, membawakan tokoh Sangkuriang kecil hingga besar, Dayang Sumbi, narator, raja, tentara gaib, hingga peran simbolis seperti pohon dan kupu-kupu.

‎Dengan pendekatan kreatif ini, BMS berharap anak-anak tidak sekadar menonton namun juga menyerap pesan moral di balik legenda, bahwa kesaktian atau kehebatan tanpa kerendahan hati hanya akan berujung pada petaka.

‎Pertunjukan teater BMS merupakan “coloring” ArtSubs 2025, pameran seni rupa di Balai Pemuda Surabaya sejak 2 Agustus hingga 7 September 2025. Publik tidak hanya dimanjakan lewat karya visual pada ajang kesenian terbesar di Indonesia itu. Tetapi juga dimeriahkan oleh seni pertunjukan. Salah satunya datang dari Teater Anak Bengkel Muda Surabaya. (kim)

10

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini