IM.com – Usia bukanlah batas untuk terus berkarya. Hal itu dibuktikan Sasetya Wilutama, jurnalis sekaligus sastrawan, yang meluncurkan buku perdananya Wong Katrok Merambah Media di Kampus Stikosa-AWS Surabaya, Jumat (3/10-2025). Uniknya, peluncuran ini juga menjadi bagian dari ujian skripsinya untuk meraih gelar sarjana.
Acara berlangsung di Ruang Multi Media Stikosa-AWS, ditandai penyerahan buku kepada Wakil Ketua Stikosa-AWS, Yunita Indinabila, S.Kom, M.MedKom. Hadir sebagai narasumber adalah Sasetya, editor buku Imung Mulyanto, dan seniman digital Doddy Hernanto alias Mr D, pencipta aliran seni Codeisme.
“Pak Sasetya membuktikan bahwa semangat belajar tak lekang oleh usia. Pengalaman panjang beliau kini terdokumentasi, sekaligus memberi inspirasi,” ujar Yunita.

Lahirnya buku ini tak lepas dari dorongan sahabat. Imung Mulyanto, jurnalis senior yang menjadi editor, terus memotivasi Sasetya untuk membukukan karya. Adriono, mantan wartawan Surabaya Post, menyebut buku sebagai “mahkota bagi penulis.” Seniornya di Stikosa-AWS, Amang Mawardi, telah menulis 17 buku—contoh nyata yang membuat Sasetya tak bisa lagi menunda.
Namun Sasetya memilih jalannya sendiri. Ia tidak hanya menghadirkan buku cetak, melainkan juga kaos, bookmark, hingga lagu berjudul Wong Katrok. Semua dilengkapi QR Art karya Doddy Hernanto, sehingga cukup dengan pemindaian ponsel, pembaca dapat mengakses versi e-book.
“Inilah cara wong katrok menembus batas: mengawinkan buku dengan teknologi,” ujarnya sambil tertawa.
Jejak Panjang di Dunia Media
Buku ini merangkum pengalaman Sasetya selama tiga periode media: cetak, elektronik dan digital. Ia pernah menjadi redaktur majalah Panjebar Semangat, broadcaster di SCTV, Arek TV, Bojonegoro TV, Jetset Channel, hingga ikut membidani Matrix TV Digital. Kini, ia aktif menulis esai di berbagai portal berita seperti Kumparan, Kompasiana, Kempalan dan Prapanca.
Awalnya Sas – sapaan akrabnya – ingin memberi judul Wong Katrok Masuk Tipi, merujuk pada pengalamannya di SCTV. Namun menyadari cepatnya pergeseran media massa, Sas mengubahnya menjadi Wong Katrok Merambah Media.
“Menulis buku sudah jadi obsesi saya sejak lama. Tapi selalu ada saja kendala. Dorongan sahabatlah yang membuat saya akhirnya berani menuntaskannya,” kata Sasetya.
Lebih dari sekadar kumpulan esai, buku ini adalah perayaan. Perayaan persahabatan yang terus mendorong, perayaan karya yang terlahir dari perjalanan panjang, serta perayaan hidup seorang jurnalis yang tak berhenti belajar.
Dengan buku ini, Sasetya seakan menegaskan bahwa menulis tidak pernah sendirian. Ada sahabat yang mendukung, ada generasi yang membaca, dan ada jejak yang tak ingin hilang. Sebuah mahkota yang bukan hanya bagi penulisnya, melainkan juga bagi perjalanan panjang dunia media yang terus berubah. (kim)