
IM.com – Di balik gemerlapnya pemberitaan
dan derasnya informasi yang kita nikmati
setiap hari ada satu kenyataan yang jarang dibicarakan, bahwa kehidupan wartawan Indonesia masih jauh dari mapan.
Profesi yang menjadi tulang punggung demokrasi ini, yang di atas kertas dilindungi undang-undang, justru sering berjalan di atas landasan rapuh.
Tak sedikit wartawan yang bercerita bahwa hari ini mereka bekerja, namun esok bisa tiba-tiba diputus hubungan kerja, tanpa pesangon, tanpa perlindungan, tanpa kepastian.
Gaji yang kecil, kontrak yang samar, dan tidak adanya jaminan sosial yang memadai membuat profesi ini terus berjalan di garis tipis antara idealisme dan realita.
Banyak dari mereka yang telah bekerja puluhan tahun, namun tetap tak mampu mewujudkan salah satu kebutuhan paling mendasar, yakni memiliki sebuah rumah.
Bagi banyak wartawan, memiliki rumah adalah mimpi yang sering terasa terlalu jauh untuk dijangkau. Ibarat pungguk merindukan bulan.
Namun hari itu, di Kantor Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), seberkas harapan mulai terlihat. Ketua PWI Pusat, M. Munir, duduk berdiskusi dengan Maruarar Sirait, Menteri PKP, mengenai satu program yang dapat mengubah hidup ribuan insan pers. Ada penyediaan 5.000 rumah subsidi khusus wartawan.
Pertemuan itu bukan sekadar rapat teknis. Ia menghadirkan sebuah pesan sederhana tapi bermakna, negara akhirnya melihat mereka yang gigih berprofesi sebagai wartawan.
Munir menyampaikan kesiapan PWI Pusat untuk mengumpulkan data anggota, melakukan sosialisasi nasional, dan memastikan program ini benar-benar tersalurkan kepada wartawan yang membutuhkan.
Baginya, program ini bukan sekadar angka, tetapi jawaban atas kegelisahan yang sudah terlalu lama menggantung.
“Banyak wartawan kita yang penghasilannya hanya dua sampai tiga juta rupiah. Dengan kondisi itu, punya rumah rasanya mustahil,” ujar Munir. Karena itu, program rumah subsidi menjadi peluang yang tak boleh lewat begitu saja.
Menteri Maruarar Sirait menegaskan kembali pentingnya penyebaran informasi yang benar mengenai skema KPR FLPP.
*Cicilan Rp 1,08 Juta*
Kredit kepemilikan rumah bersubsidi dengan bunga tetap 5 persen, tenor hingga 20 tahun, cicilan ringan sekitar Rp1,08 juta per bulan, dan uang muka terjangkau.
Melalui jaringan PWI yang mencapai 35.000 anggota di seluruh Indonesia, pemerintah berharap program ini tepat sasaran dan tidak disalah-pahami publik.
Sebagai tindak lanjut, akan digelar sosialisasi nasional melibatkan PWI, Kementerian PKP, BP Tapera, developer, serta agen properti. Semuanya diarahkan untuk satu tujuan, memastikan wartawan dapat memiliki tempat pulang yang layak dan manusiawi.
Program 5.000 rumah ini diharapkan menjadi bagian dari kontribusi nyata insan pers bagi keberhasilan Program Tiga Juta Rumah Presiden Prabowo Subianto. Hal ini memberi kesempatan yang lebih adil kepada mereka yang selama ini lebih sering bertanya daripada didengarkan.
Pada akhirnya, berita ini bukan hanya tentang rumah. Ia tentang martabat. Tentang pengakuan bahwa mereka yang selama ini menyuarakan kepentingan publik, juga berhak mendapatkan ruang aman untuk pulang.
Sebuah tempat untuk berteduh. Sebuah titik kepulangan yang menegaskan bahwa tugas mereka di negara ini memang dihargai.
Dan bagi banyak wartawan, untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, mimpi itu tidak lagi terlihat sejauh bulan. (kim)










































