IM.com – Lima remaja (Marsha Aruan dan kawan-kawan) tak sengaja menemukan apartemen kosong. Nuansa angker yang kental tak menciutkan semangat generasi muda kekinian yang gemar merekam setiap momen itu untuk merekam setiap sudut ruangan yang tak terurus dalam apartemen.
Sekat-sekat apartemen yang dibiarkan menganga, sisa-sisa plastik seperti menjadi tirai pembatas ruangan demi ruangan kosong di dalam apartemen kian membuncahkan rasa ingin tahu mereka. Sampai akhirnya keingintahuan itu menggiring mereka pada sebuah perkamen berupa secarik kertas lusuh yang terbuat dari kulit binatang dan bertuliskan huruf-huruf kuno.
Terdorong rasa penasaran yang semakin mendesak untuk mengetahui isi tulisan bahasa kuno tersebut akhirnya menyeret mereka ke dalam sebuah gerbang neraka. Melambungkan mereka ke dunia yang mengerikan dan penuh kesadisan.
Itulah sepenggal alur kisah DreadOut, film horror yang sedang booming di kalangan anak muda hingga dewasa saat ini. Sejak pertama tayang di bioskop pada 3 Januari 2019, film yang dibintangi Marsha Aruan (Jessica), Muhammad Riza Irsyadillah (Beni), Suzana Sameh (Dian), Ciccio Manassero (Alex) dan Jefri Nichol (Erik) ini sudah menggaet 800 ribu penonton.
Dreadout merupakan film adaptasi dari game horror PC buatan developer Indonesia pertama yang diangkat ke layar lebar. Sang peracik film, Kimo Stamboel (sutradara ‘Rumah Dara’, ‘Killers’ dan ‘Headshot’) cukup piawai mengaplikasikan budaya lokal tanah air ke dalam film ini. Dialog-dialog makhluk halus dengan, logat Sunda para tokoh (meski kerap timbul tenggelam), sampai musik tradisional membawa para penonton semakin masuk ke dalam ruang seram dan horor.
Tak heran, film ini bukan hanya menarik animo para pecinta game horror. Tetapi juga para penggemar film horor ikut dibuat penasaran menonton bagaimana Kimo Stamboel meracik game jadi tayangan menegangkan.
Nuansa tegang dan seram semakin hidup dengan paduan efek-efek komputer grafis melebur dengan baik dalam berbagai adegan. Dari sisi kebrutalan, dosis di film yang pengambilan gambarnya berlangsung di Jakarta, Ciawi dan Cibodas itu jauh lebih sedikit dibandingkan film-film Mo Brothers lain yang biasanya penuh percikan darah.
Bintang utama film ini, Marsha Aruan, menjamin ‘Dreadout’ bakal membuat
penonton merinding. Ia mengaku sudah sekitar 4 kali membintangi film horor.
Namun, ia menegaskan ‘Dreadout’ berbeda dari film-film horor yang pernah ia
bintangi sebelumnya.
“Kalau aku suka di ‘Dreadout’ ini karena peran aku
menantang banget, dua karakter. Dan sangat berbeda banget. Yang satu bossy
banget, terus berubah jadi nyebelin juga. Tapi dalam bentuk hantu,” ungkap
kekasih Jalaludin El Rumi (El) ini.
Dalam film besutan sutradara Kimo Stamboel ini, Marsha memerankan sosok Jessica yang menjadi sasaran seorang hantu kebaya merah. Hantu ini merupakan sosok penting dan ikonik dalam film DreadOut.
Dalam film itu, Marsha harus jadi bulan-bulanan hantu kebaya merah. Ia disandera dan dikendalikan oleh Kebaya Merah setelah terjebak di portal gaib.
Marsha mengaku benar-benar ada sosok gaib saat syuting adegan tersebut. Diakui Marsha, pengalaman mistis pertama selama ia bermain di film horor itu diceritakan Marsha saat menyapa para fans dan penggemar film horor di Sunrise Mall, Kota Mojokerto, Jumat (18/1/2019).
Kebenaran hadirnya sosok gaib itu diketahui Marsha dari penuturan anak indigo. Anak itu merupakan putra dari teman ibundanya.
“Aku awalnya nggak tahu apa-apa, kan. Terus diceritain kalau pas adegan itu (dikendalikan Hantu Kebaya Merah) di belakang kita (Marsha dan Rima Melati) ada satu sosok lagi. Muka hantunya ketutupan sama rambut panjang mirip kuntilanak, pakai baju merah gitu lah,” terang Marsha.
Pengakuan itu diperkuat oleh pengalaman tim promo DreadOut yang pernah beberapa kali melihat Hantu Kebaya Merah di dekat kantornya daerah Cipete dan Hantu Kebaya Merah. Dari yang dilihat mereka, penampakan hantu kebaya merah itu mirip dengan pengakuan anak indigo yang diceritakan Marsha, sosok wanita berambut panjang dan terurai ke depan.
Terpisah, creator game DreadOut, Imron mengungkapkan kegembiraannya melihat antusiasme dan apresiasi positif masyarakat pada film ini. Hal itu terbukti dengan jumlah penonton yang sudah tembus 800.000 selama dua pekan penayangan.
“Hal ini membuktikan bahwa film yang diangkat dari adaptasi game memiliki potensi yang menjanjikan di Indonesia,” ujarnya. (im)