Warga Desa Mojogeneng, Kecamatan Jatirejo, Mojokerto, Ninik Suwarni menunjukkan foto anaknya, Khurotul Aini yang pergi bersama Rizky ke Ponpes di Kasembon Malang karena termakan isu kiamat.

IM.com – Masyarakat yang terpapar isu kiamat sudah dekat yang dihembuskan sekelompok warga di Desa Watubonang, Kecamatan Badegan, Ponorogo semakin meluas. Isu itu sudah mempengaruhi sepasang suami istri di Dusun Mojogeneng, Desa Mojogeneng, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto yang rela menjual seluruh hartanya dan berhijrah ke Malang.

Risky (25) mengajak istrinya Khurotul Aini (23) hijrah ke Pondok Pesantren di Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang. Mereka bergabung dengan 52 orang dari Ponorogo yang mengawali pindah ke ponpes pengikut Jemaah Thoriqoh Muso.

Kepindahan pasutri muda asal Desa Mojogeneng, Kecamatan Jatirejo itu diungkapkan Ninik Suwarni (69), ibu dari Khurotul Aini. Sembari menitikkan air mata, Ninik menceritakan anaknya pergi dengan suaminya dengan membawa seluruh harta bendanya.

“Sebelum berangkat, anak saya menjual semua barang-barang berharga miliknya, mulai dari sepeda motor, kipas dan hingga membuka celengan,” ungkap Ninik Suwarni, ibu Aini saat di konfirmasi di kediamannya, Jum’at (15/03/2019). Kata Ninik, keduanya kurang lebih membawa uang 6 sampai 8 juta hasil dari penjualan aset barang-barang miliknya

Saat berangkat, keduanya pamit secara terang-terangan kepada dirinya dan seluruh anggota keluarga. Menurut Ninik, anaknya menyampaikan akan melakukan ngaji puasa Rajab di wilayah Malang.

“Aneh, pamitnya mau mondok (mengenyam ilmu agama di ponpes), tapi kenapa harus menjual semua aset asetnya. Katanya akan kiamat,” imbuh Ninik menirukan penuturan anaknya saat berpamitan.

Ninik mengatakan, dirinya dan anggota keluarga yang lain sesungguhnya telah mencegah Khurotul Aini dan suaminya untuk tidak melakukan hal itu. Tapi upaya itu gagal mengubah niat mereka.

“Saya mencoba membujuk dan merayu agar keduanya bisa segera pulang, keduanya tetap bersikukuh bertahan di sana, bahkan saya malah diajak,” tuturnya.

Menurut Ninik, bukan hanya dua anggota keluarganya yang berangkat ke Ponpes di Malang. Saat itu, anaknya berangkat ke Malang bersama sekitar 8 orang lain yang sama-sama dari Mojokerto.

“Mereka ada yang dari Dusun Jetis, Jatirejo dan juga ada yang dari Desa Gemekan, Kecamatan Sooko,” ungkapnya.

Sebelum ini, Ninik mengatakan tak melihat hal janggal dari perilaku Khurotul Aini dan suaminya. Pasutri itu juga tekun menjalankan sholat jamaah di musholla dekat rumah mereka.

“Tapi beberapa minggu terakhir, sebelum berangkat ke Malang, Aini rutin mengaji di wilayah Gemekan setiap hari Selasa dan Rabu. Saya kurang tau bersama siapa dan alirannya apa,” beber Ninik.

Isu kiamat yang menghebohkan ini pertama berhembus dari sekelompok warga di Desa Watubonang, Kecamatan Badegan, Ponorogo, Jawa Timur, termakan isu kiamat. Isu ini heboh setelah 52 warga di desa tersebut keluar dari desa dan pergi ke pondok pesantren (Ponpes) di Kasembon, Kabupaten Malang. Alasannya pergi ke ponpes itu untuk mencari perlindungan.

Tetapi puluhan warga Watubonang ini tidak hijrah secara bersamaan. Melainkan secara bertahap sejak sebulan lalu. Terakhir warga yang pindah ke Kabupaten Malang itu terjadi pada 7 Febuari 2019 lalu. (im)

138

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini