Ahmad Fajar (4) digendong neneknya, Asmiatun. Balita asal Dusun Jatikumpul, Desa Mojokumpul, Kecamatan Kemlagi, Mojokerto ini menderita gangguan syaraf organ tubuh hingga kondisinya sangat memprihatinkan. FOTO : martin

IM.com – Sungguh memprihatinkan kondisi Ahmad Fajar (4 th), balita asal Dusun Jatikumpul, Desa Mojokumpul, Kecamatan Kemlagi, Mojokerto. Berbobot hanya 5,5 kilogram, Fajar harus melewati masa awal kehidupannya dengan tubuh yang sangat ringkih, kaki dan tangan nampak tinggal tulang dan kulit.

Fajar dilahirkan di RSU dr Soetomo Surabaya, 4 tahun silam. Balita itu mengalami keprihatinan sejak lahir.

Hingga usia 19 hari, ia tak bisa menangis. Ia bahkan sempat membuat tim medis RSU Dr Soetomo cemas karena sempat tak bernafas selama 5 menit ketika lahir ke dunia.

“Kemudian para dokter memberikan pertolongan kepada Fajar hingga bisa bernapas,” kata Asmiatun, nenek Fajar saat ditemui di rumahnya, Selasa (9/4/2019).

Sejak kelahiran hingga usia 19 hari, Fajar baru diperbolehkan pulang dari rumah sakit setelah tagisannya mulai terdengar.

Usmiatun menerangkan, perkembangan Fajar mulanya normal dengan berat badan yang terus bertambah. Namun, secara beberapa pekan kemudian, berat badannya terus menyusut.

“Tujuh bulan lalu menginjak usia 4 tahun berat badannya masih 9 kg, walaupun bobot itu turun dari sebelumnya. Sekarang malah berat badannya tinggal 5,5 kg,” tutur Asmiatun.

Selain itu, tubuhnya juga semakin kaku dan tak bisa digerakkan. Awalnya, leher mulai tak bisa digerakkan. Kemudian menjalan ke kaki dan tangan yang kaku, tak bisa dilentukkan.

“Ketika lahir normal, tangan dan kakinya masih bisa ditekuk,” ujar Asmiatun.

Lantas apa musabab tubuh Fajar mulai kaku dan berat badannya semakin susut?

Asmiatun mengatakan, kondisi cucunya yang semakin menyedihkan itu diakibatkan keracunan air ketuban saat masih berada di rahim ibunya, Yunita. Informasi itu ia peroleh dari keterangan dokter RSU Dr Soetomo berdasar diagnosa medis.

“Kata dokter, Fajar sudah terlanjur keracunan air ketuban yang berwana keruh,” jelasnya.

Keracunan air ketuban itu rupanya membawa dampak serius dan mengganggu perkembangan syaraf-syaraf organ tubuh Fajar. Gangguan syaraf itulah yang kini menyerang tangan dan kakinya hingga tak bisa digerakkan.

“Ibunya rutin kontrol ke Dr. Soetomo untuk memeriksakan kondisi Fajar yang keracunan air ketuban, sebelum akhirnya dia (ibu Fajar) meninggal dunia,” terangnya.

Ya, nasib Fajar semakin menyayat hati lantaran hidupnya yang ‘sebatang kara’ tanpa asuhan orang tua sejak usia 17 bulan. Fajar sudah ditinggal ibunya, Yunita, yang meninggal dunia tahun 2016 silam. Selepas kepergian ibunya itulah, kondisi Fajar kian memprihatinkan.

Yunita sempat dirawat di RSUD Dr Soetomo, Surabaya selama 15 hari akibat infeksi paru-paru yang dideritanya. Namun nyawanya tak tertolong.

“Menurut dokter infeksi paru-paru yang diderita Yunita, karena sering kena (terpapar) angin malam. Ibunda Fajar bekerja sebagai sinden. Jam kerjanya acap kali malam hari,” katanya.

Sementara ayahnya memilih tidak tinggal serumah dengan Fajar. Menurut Asmiatun, ayah Fajar sesekali menyambangi anaknya dengan membawa susu formula. (im)

120

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini