IM.com – Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menyerang 459 kabupaten/kota dari 33 provinsi se-Indonesia hingga Maret 2019. Dari 34.422 kasus DBD, angka kematian terbesar tercatat ada di Jawa Timur.
Data ini disampaikan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian (P2) Kementerian Kesehatan, Dr. Anung Sugihanto dalam acara konferensi pers Asia Dengue Summit ke 4 di Double Tree Hilton Hotel Jakarta Pusat, Senin 15 Juli 2019.
“Di Jawa Timur kemarin angka penderitanya cukup tinggi untuk DBD. Tetapi angka kematiannya tidak lebih dari 30 orang tapi Jawa Timur,” kata Anung.
Anung menambahkan, banyaknya kasus DBD dan kematian yang disebabkannya membuat masyarakat di Jatim sempat mengalami panic respons. Itu terlihat dari banyaknya masyarakat yang menjalani perawatan dengan laporan DBD, meskipun hasil diagnosa tidak menunjukkan gejala penyakit mematikan tersebut.
“Setelah dirawat ternyata tidak semuanya DB. Setelah dilakukan repeat diagnosis test itu tidak semua DB, hanya panic respons,” ujarnya.
Di sisi lain, penularan DBD sendiri diketahui melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang terinfeksi. Walaupun DBD tidak dapat ditularkan secara langsung antar manusia, seseorang yang terinfeksi adalah pembawa utama dan pengganda virus DBD.
Hal ini karena mereka berfungsi sebagai sumber virus bagi nyamuk yang tidak terinfeksi. Untuk pencegahannya, Kemenkes menyarankan pembasmian sarang nyamuk seperti fogging yang bertujuan menurunkan populasi nyamuk dewasa.
Adapun cara yang paling efektif untuk menekannya ialah dengan pengendalian vektor, yakni memberantas sarang jentik nyamuk di rumah, tempat wudu hingga di area sekolah. Terkait dengan pemberantasan jentik nyamuk, dijelaskan oleh dr. Anung sudah berdampak di beberapa daerah, namun belum ter-publish hingga saat ini.
“Butuh konsistensi, kata dia untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk,” ucap Anung. (vin/im)