IM.com – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tak mau berbalas pantun dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa terkait kondisi Stadion Gelora Bung Tomo (GBT). Tak ingin banyak bicara, Risma langsung membalas komentar miring sang gubernur dengan aksi nyata yakni, melakukan pembenahan pada beberapa bagian stadion.
Risma didampingi beberapa pejabat organisasi perangkat daerah Pemkot Surabaya turun langsung ke Stadion GBT, Selasa (5/11/2019). Walikota dari PDI Perjuangan itu memantau para pekerja membenahi dan menata ulang beberapa bagian stadion yang rusak.
Salah satu bagian yang dibenahi antara lain akses masuk supporter menuju tribun stadion. Pintu masuk ke tribun stadion ini menjadi sasaran amuk bonekmania (suporter Persebaya) usai timnya dikalahkan PSS Sleman pada Selasa pekan lalu (29/10/2019).
“Selain pembenahan dan penataan, juga dilakukan pelebaran jalan area pintu masuk GBT. Harapannya akses supporter lebih mudah untuk masuk ke dalam tribun,” demikian Kabag Humas Pemkot Surabaya melalui keterangan tertulis, Selasa (5/11/2019).
Langkah Risma ini menuai pujian dari netizen asal Jatim, khususunya warga Surabaya.
“Iki emak seng gk kakean cangkem, tp hasil kerjo ne nyoto. Sehat terus mak. Maju lurus prei kanan kiri (Ini ibu (pimpinan daerah) yang tidak banyak bicara, tapi menghasilkan kerja nyata. Sehat terus Bu. Maju terus),” tulis pemilik akun @rizky_cebol.
Banyak juga netizen yang melontarkan pujian untuk Risma sekaligus sindiran ke Khofifah.
“Monggo didelok , iki gak kakean ngomong langsung KERJO !!!!!! Cc @KhofifahIP,” tulis akun @Rizal10100.
“Yow iki sing jenenge mak’e BONEK,wani kerja nyata. Mak pipah @KhofifahIP sampean kpn kerja nyata koyok ngene??? ,” demikian komentar akun @alyfariz1927.
Stadion Gelora Bung Tomo terus menjadi sorotan sejak terpilih sebagai salah satu venue Piala Dunia U-20. Stadion yang berlokasi di Kecamatan Benowo itu semakin disorot ketika terjadi anarkhisme massa bonekmania usai laga Persebaya vs PSS Sleman dengan hasil kekalahan bagi tim Bajul Ijo, Selasa (29/10/2019).
Komentar miring Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa beberapa hari kemudian, kian menaikkan tensi polemik soal Stadion GBT. Kala itu, Khofifah menyebut Stadion GBT kurang layak menjadi penyelenggara laga sekelas Piala Dunia U-20.
Alasan Khofifah, karena GBT berpotensi terkena bau sampah karena lokasinya berdekatan dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo. Sebagai gantinya, Khofifah memilih Stadion Kanjuruhan di Kepanjen, Malang.
Stadion alternatif itu disodorkan karena Khofifah tak ingin kehormatan menjadi tuan rumah akhirnya berpindah ke provinsi lain. Khofifah bahkan sesumbar akan mencalonkan stadion-stadion lain seperti Stadion Gelora Delta dan Gajayana
“Saya sudah ke GBT, kalau sore kena angin suka ada aroma sampah. Kalau FIFA berkunjung terus melihat itu, bagaimana. Makanya kami menyampaikan opsi lain,” kata gubernur Jumat lalu (1/11/2019).
Namun pernyataan ini justru memicu polemik berkepanjangan. Banyak pihak meragukan ketulusan Khofifah menjaga martabat Jatim. Bahkan tak sedikit yang malah mencibir Khofifah karena dianggap tidak menghargai upaya Pemkot Surabaya yang terus berbenah menyambut perhelatan Piala Dunia U-20.
“Ada kepentingan apa kok Khofifah ngotot mengusulkan Stadion Kanjuruhan?” kata Asmuni, seorang pentolan Bonek Mania Keputran. Menurut Asmuni, sejauh ini pertandingan-pertandingan di GBT relatif jarang terhambat bau sampah, sebab pemkot bisa mengantisipasinya.
Pemkot Surabaya memang sejak jauh hari telah mematok target Kota Pahlawan sebagai tuan rumah utama Piala Dunia U-20 setelah Jakarta. Risma dan stafnya sempat beberapa kali bertemu dengan perwakilan PSSI untuk menyamakan persepsi.
Mereka juga telah menyiapkan berbagai program dengan matang, mulai dari penambahan daya lampu, penambahan sintetis di belakang gawang, pembenahan bench dan tribun media, serta penyediaan akses jalan dan pembangunan lapangan latihan tambahan.
“Saya menangani Gelora Bung Tomo sembilan tahun. Persebaya menggelar pertandingan di Gelora Bung Tomo sudah ratusan kali. Tidak pernah (dalam pertandingan) bau sampah, tidak pernah bau busuk. Itu ada metodenya, ya,” tutur Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Surabaya, Edi Santoso.
Bukan hanya memantik polemik, manuver Khofifah
tadi juga melanggar prosedur federasi. Selain itu, PSSI selaku federasi sepakbola
nasional juga masih percaya sepenuhnya pada Pemkot Surabaya dan Stadion GBT
sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.
“Semua daerah pasti ingin menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, beberapa alternatif sudah ditunjuk. Soal itu (GBT diganti Kanjuruhan) kami belum bisa bicara, tapi saya rasa GBT layak untuk menjadi tuan rumah,” ujar Ketua Umum PSSI, Komjen Pol Mochamad Iriawan di Kantor Kemenpora, Senin (4/11/2019).
Demikian pula penilaian Sekjen PSSI, Ratu Tisha Destria. Ia masih percaya seratus persen dengan komitmen Pemkot Surabaya.
Kala itu, menurut Tisha, tim Cina sama sekali tidak mengeluhkan infrastruktur GBT. Sebaliknya, mereka malah merasa puas bermain di stadion yang merupakan bagian dari kompleks olahraga Surabaya Sport Center tersebut. Sejalan dengan PSSI, pemerintah lewat Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali juga masih percaya kalau GBT pantas dipertimbangkan FIFA sebagai kandidat tuan rumah.
“Kalau soal sampah saya sudah tahu, kan saya juga orang Surabaya. Tapi ini bisa dibereskan, tidak perlu dipermasalahkan. Justru, lebih bijak dicari jalan keluarnya, bukan menyerah,” tutur politikus partai Golkar tersebut usai menggelar Audiensi dengan Iwan Bule dan Tisha.
Terkait kerusuhan suporter di Stadion GBT pasca laga Persebaya kontra PSS Sleman, pekan lalu, PSSI disebut-sebut sempat mempertimbangkan pencoretan Surabaya sebagai venue Piala Dunia U-20. Namun, isu tersebut dibantah tegas oleh Tisha.
“Insiden tersebut dan persiapan ini tak ada hubungannya,” tandasnya. (im)