IM.com – Pemerintah Provinsi Jawa Timur menghimbau warga di daerah yang dilintasi Sungai Bengawan Solo agar selalu waspada terhadap potensi banjir. Dalam keadaan darurat, warga bahkan disarankan menggunakan jeriken untuk menyelamatkan diri dan mengavakuasi korban.
Pada setiap musim hujan, Sungai Bengawan Solo memang selalu menjadi sumber banjir paling parah di Jatim. Maklum, 70 persen aliran sungai terbesar di Pulau Jawa itu berhilir di kawasan Jatim.
Daerah di Jatim yang berada di aliran Sungai Bengawan Solo yakni daerah aliran sungai Bengawan Solo yang dimaksud mantan Bupati Trenggalek itu adalah Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik hingga wilayah Surabaya bagian barat.
“Meskipun tidak ada hujan, wilayah Jawa Timur rentan mendapatkan banjir kiriman Sungai Bengawan Solo. Karena itu, kita minta warga sekitar sungai waspada, karena banjir bisa sewaktu-waktu datang,” kata Wakil Gubernur Emil Elistianto Dardak saat meninjau posko siaga bencana hydrometeorologi Jawa Timur di Kantor BPBD Jawa Timur, Kamis (2/1/2020).
Namun Emil menegaskan, upaya meningkatkan kewaspadaan itu jangan sampai menimbulkan kepanikan. “Kami minta waspada, bukan panik, itu beda,” tandas mantan Bupati Trenggalek itu.
Selain warga di wilayah Sungai Bengawan Solo, potensi banjir juga mengancam sejumlah daerah seperti di Sampang karena luapan Sungai Kemuning dan Pasuruan karena luapan Sungai Welang. Emil menyampaikan, pemprov melalui BPBD Jawa Timur, sudah meminta kabupaten dan kota untuk waspada bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung akibat cuaca ekstrim saat musim hujan.
Selain upaya penanganan yang disiapkan pemerintah dan BPBD, Emil menghimbau masyarakat juga meningkatkan kemampuan menghadapi bencana banjir. Jika dalam kondisi darurat bantuan perahu karet belum tiba, warga terdampak bisa memanfaatkan peralatan di rumah yang bisa digunakan untuk evakuasi.
Di antaranya, menurut Emil adalah jerigen. BPBD pun, lanjut Emil, juga menyiapkan jerigen untuk evakuasi atau menyelamatkan diri.
“Ketersediaan perahu karet sudah dicek. Juga bakal ada sedikit inovasi jerigen. Untuk daerah yang tidak bisa dijangkau perahu karet, jerigen sangat berguna,” kata Emil.
Emil menjelaskan jerigen bisa difungsikan sebagai pelampung. Caranya, ganggangnya jerigen dipegang dan dijadikan pelampung sementara.
“Ganggangnya yang tidak dimasuki air itu bisa langsung segera untuk membantu orang mengapung dan evakuasi,” paparnya.
Selain pemprov, Korps Marinir juga siap membantu menanggulangi banjit di Jatim. Prajurit Brigif 2 Marinir bersama Batalyon Taifib 2 Marinir Pasmar 2, Kamis (2/1/2020), telah melakukan apel kesiagaan menanggulangi banjir.
Komandan Brigade Infanteri 2 Marinir Kolonel Marinir Agus Gunawan Wibisono, S.H., M.M menyampaikan, bahwa kegiatan tersebut bertujuan mengecek kesiapan personel maupun material yang akan digunakan dalam penanggulangan bencana banjir di wilayah Jawa Timur.
Brigif 2 Mar, lanjutnya, menyiapkan personel dan beberapa material diantaranya perahu karet, motor tempel, dayung, life jaket dan kendaraan, yang kesemuanya sudah siap untuk diproyeksikan ke daerah bencana banjir di Jawa Timur.
Untuk diketahui, Pemrov Provinsi Jawa Timur sejak 16 Desember 2019 hingga 150 hari ke depan menetapkan status Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi. Status tersebut sesuai Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur nomor 188/650/KPTS/013/2019 per tanggal 16 Desember 2019 tentang Status Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi. (Baca: Mojokerto Termasuk Daerah Rawan Bencana Hidrometeorologi, 35 Persen Keselamatan Tergantung Ketangguhan Warga).
Berdasarkan pemetaan BPBD Jawa Timur, 22 daerah berpotensi banjir akibat luapan air sungai Bengawan Solo yakni Bojonegoro, Magetan, Madiun, Lamongan, Gresik, Ngawi dan Tuban. Daerah berotensi banjir akibat luapan sungai Brantas yakni Malang Raya, Kediri, Jombang, Mojokerto, Sidoarjo, Probolinggo, Surabaya, Bondowoso, Lumajang, Banyuwangi, dan Jember. (im)