IM.com – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa mengingatkan dampak perpecahan bangsa kepada warga muslimat Mojokerto. Dia meminta muslimat menerapkan ajaran NU dalam menjaga persaudaraan antar muslim dan persaudaraan kebangsaan.
Hal itu dikatakan Khofifah saat memberi tausiyah di Harlah Muslimat NU ke 71 di Desa Medali, Kecamatan Puri, Mojokerto, Minggu (14/5/2017). Perempuan yang juga menjabat Menteri Sosial ini menjelaskan, untuk bisa menjaga keutuhan NKRI, warga muslimat harus belajar dari sejumlah negara di Afrika dan Timur Tengah yang dilanda perang saudara.
Khofifah mencontohkan Libya dan Somalia. Dua negara di Afrika yang penduduknya mayoritas muslim itu dilanda perang saudara karena gagal menjaga ukhuwah Islamiyah (persaudaraan antar umat Islam). Sehingga banyak rakyatnya yang mengungsi ke negara lain. Begitu pula negara Islam di Timur Tengah, seperti Suriyah, Afganistan, dan Pakistan.
“Artinya, saudara kita di Afganistan dan Pakistan mereka mengalami masalah yang sama dalam membangun ukhuwah Islamiyah, apalagi membangun ukhuwah watoniyah atau persaudaraan kebangsaan,” kata Khofifah.
Agar kondisi itu tak terjadi di tanah air, Khofifah meminta warga muslimat menerapkan ajaran NU dalam menjaga ukhuwah Islamiyah dan watoniyah. Pengurus muslimat di tingkat ranting hingga anak cabang (tingkat desa) diminta aktif menyerukan kepada masyarakat untuk saling menghargai antar sesama umat Islam meski berbeda ajaran.
“NU bisa merakit persaudaraan kebangsan lewat format ukhuwah watoniyah. Sekarang ini ada kelompok sumbu pendek, kita (muslimat) yang menjadi peredam,” ujarnya.
Oleh sebab itu, lanjut Khofifah, peringatan Harlah Muslimat NU mengambil tema Satukan Langkah Membangun Negeri Menjaga NKRI. Dia berharap, di tengah berbagai isu sentimen keagamaan yang santer di tanah air, muslimat mampu menjaga persatuan bangsa.
“Muslimat tugasnya mebangun suasana kondusif dan harmoni. Mulai pengurus ranting, cabang sampai harmoni di tingkat nasional,” tandasnya. (bud/uyo)