IM.com – Sejak malam tahun baru, Kamis (31/12/2020), ratusan warga Desa Tempuran, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto hidup di lingkungan yang tergenang air. Selama empat hari ini, banjir yang merendam sedikitnya 260 rumah penduduk belum surut.
Banjir disebabkan air Sungai Watudakon dan Avur Jombok yang meluap akibat hujan deras yang mengguyur kawasan tersebut beberapa hari ini. Hingga Senin (4/1/2021) sore, banjir di beberapa lokasi bahkan terpantau makin parah.
“Desa Tempuran sudah menjadi langganan banjir dari luapan air sungai sejak 6 tahun lalu. Jadi sebagian warga sudah mengungsi ke rumah keluarganya,” jelas Kepala Desa Tempuran Slamet.
Air masih menggenangi rumah-rumah warga, persawahan, dan sejumlah fasilitas umum dengan ketinggian air 30-50 cm. (Baca juga: Banjir Desa Tempuran Makin Parah, 2.031 Warga Terdampak).
Slamet menjelaskan, Sungai Watudakon telah selesai dinormalisasi pada 2020. Namun masih ada beberapa titik luapan air yang tanggulnya perlu ditinggikian.
“Tanggul perlu ditinggikan sekitar 2,5 meter supaya tidak sampai meluap. Sedangkan untuk penanggulan Avur Jombok kurang sekitar 1 Km di sebelah selatan Jembatan Bekucuk,” ujarnya.
Selain kondisi tanggul, kata Slamet, penyumbatan sampah di pintu air Siphon juga berpotensi menjadi pemicu banjir. Sebab, saringan yang berlubang kecil bisa membuat sampah tersangkut.
“Tumpukan sampah di bawah Jembatan Prabon menghambat aliran sungai. Kami bersama warga melakukan kerja bakti secara swadaya dibantu BPBD Kabupaten Mojokerto untuk mendatangkan alat berat,” tuturnya.
Sementara itu, hari ini, bantuan mulai mengalir untuk warga terdampak banjir di Desa Tempuran. Sembako dan pasokan air bersih disalurkan Polres Mojokerto. (Baca juga: Dampak Banjir, Warga Desa Tempuran Krisis Air Bersih).
“Bantuan 2 truk tangki berisi air bersih, 500 Kg beras dan 20 boks mi instan untuk membantu masyarakat yang terkena bencana banjir. Sehingga masyarakat tidak kesulitan makanan dan mereka bisa tenang,” kata Kapolres Mojokerto AKBP Dony Alexander di Desa Tempuran. (im)