IM.com – Budidaya buah melon dengan konsep tanam greenhouse mulai menjadi primadona sektor perkebunan. Seorang petani muda di Kabupaten Mojokerto bisa meraih omset Rp 25 juta sekali panen per 70 hari dengan luas lahan 600 meter persegi.
Dengan omset sebesar itu, tak heran jika petani milenial Muhammad Fatihul Munir (35) rela keluar dari pekerjaannya sebagai karyawan disebuah pabrik Ngoro Industri Park (NIP) tahun 2018 untuk menggeluti bisnis agriculture buah melon. Warga Desa Jiyu, Kecamatan Kutorejo, Mojokerto itu mulai mengais ilmu budidaya tanaman melon ala greenhouse (dalam ruangan) di Malang dan Blitar pada tahun 2019.
Setahun kemudian, Munir pun mempraktekkan ilmunya, terjun sebagai petani melon. Karena tak punya lahan yang cukup, ia pun rela menyewa sebidang lahan dengan luas 10×60 meter di Dusun Pelintahan Desa Sentonorejo Kecamatan Trowulan.
Di lahan 600 meter persegi itulah, Munir membudidayakan tanaman buah melon jenis Sakata Glamor dengan model tanam greenhouse. Dengan lahan seluas itu, mantan pegawai honorer Dinas Pendidikan tersebut bisa menanam sebanyak 1.500 pohon melon.
“Sistem bertani buah melon ala greenhouse ini tidak terpengaruh pandemi, baik musim kemarau atau hujan tetap tanam dan panen seperti biasa,” kata Munir.
Terkait modal yang harus dikeluarkan, Munir mengatakan hal itu tergantung jenis dan kualitas bibit pohon serta pupuk. Untuk 1.500 pohon melon miliknya, ia mengaku mengeluarkan modal sebesar Rp 50 juta.
“Bahan tanam dan produksi kualitas impor biayanya agak tinggi. Kalau yang lokal agak lebih rendah, tapi kualitas hasil panen tentu juga berbeda,” ujarnya.
Untuk masa tanam, Munir mengaku bisa memanen buah melonnya setiap 70-75 hari. Dalam sekali panen, dari 1.500 pohon yang ditanam, ia bisa menghasilkan 1,5 ton buah melon.
“Keuntungannya sekitar Rp 20 juta sampai Rp 25 juta. Saya sudah jalan setahun, 4 kali panen, hasilnya Rp 80 juta-Rp 100 juta,” ungkap Munir. (im)