IM.com – Seniman kawakan asal Mojokerto, Harrys Poerwo, secara diam-diam memberikan lukisan kepada Emha Ainun Najib. Gambar dalam kanvas itu diberikan sebagai nadzar dan rasa syukur pelukis yang akrab disapa Mpu Harrys atas banyak ilmu yang dia peroleh dari Cak Nun.
Dalam lukisan itu, sosok Cak Nun mengenakan baju putih dengan peci kebesaran Jamaah Maiyah yakni warna putih dipadu merah. Di sampingnya, ada sang istri, Novia Kolopaking yang memakai jilbab berwarna merah.
“Lukisan ini saya buat sebagai rasa syukur dan nadar saya karena tercapainya keinginan masyarakat Desa Perning dapat menghadirkan tokoh intelektual muslim, budayawan kondang sekaliber Cak Nun,” kata Mpu Harrys.
Mpu Harrys mengaku, sejak muda, dirinya mengidolakan budayawan asli Jombang itu. Ia juga sering mengikuti pengajian dan acara-acara Cak Nun serta jamaahnya yang dikenal dengan Maiyah.
“Sejak usia muda saya kerap menghadiri acara pengajian beliau, seperti Padhang Mbulan (Menturo, Jombang), Bangbang Wetan (Surabaya). Saya juga mengoleksi beberapa buku tulisan beliau seperti Slilit Sang Kyai, Berguru Kepada Allah, Titik Nadir Demokrasi dan lain-lain,” ujarnya.
Terkait ukuran lukisan sengaja ia buat buat 60 cm x 70 cm karena memiliki makna sendiri. Pelukis kawakan asli Mojokerto itu menceritakan, ukuran tersebut menyiratkan usia dirinya dan Cak Nun.
“Ukuran lukisan saya buat 60 X 70cm. Artinya saya genap berusia 60 tahun dan Cak Nun usia 70 tahun,” bebernya.
Lukisan tersebut diserahkan oleh Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati dan ketua panitia Sinau Ridho Bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng di Desa Perning, Kecamatan Jetis, Jumat (2/9/2022) lalu. Sesungguhnya, kata Mpu Harrys, dirinya membuat lukisan Cak Nun bersanding dengan istrinya Novia Kolopaking itu sesuai permintaan Pimpinan Ta’mir Masjid Al-Ittihad, Jetis.
“Lukisan itu memang telah sampai ke tangan beliau, namun realitanya tidak dibarengi dengan makna ridho yang sesungguhnya,” ucapnya.
Mpu Harrys menyiratkan kekecewaan itu lantaran dirinya sebagai perupa yang membuat karya lukisan Cak Nun tidak diberi kesempatan oleh panitia untuk bertemu sang idola. Alhasil, dirinya tidak bisa menjelaskan lebih gamblang makna di balik goresan gambar itu.
“Dalam hal ini, Ketua Panitia tidak “ridho” memberikan ruang dan waktu untuk bertemu dengan idola saya. Sehingga saya tidak dapat menjelaskan secara gamblang makna yang terkandung dalam lukisan yang saya buat,” ungkapnya sedih.
Kendati begitu, ia mengaku tetap senang bisa melahirkan dan memberikan karyanya kepada budayawan idolanya. Pelukis berambut mirip Cak Nun – ombak dan mulai memutih- itu pun tak keberatan mengungkapkan sedikit makna dalam lukisan itu.
“Sebagai pelukis pengagum Cak Nun, saya tumpahkan rasa itu ke dalam wujud lukisan yang bermakna “Ridho”,” pungkasnya. (im)
Keren sangat menginspirasi, Pemuda Perning josss, acara Sinau Bareng Cak Nun kemarin sangat luar biasa manajemennya. Full senyum 😁
Selalu semangat untuk selalu mengadakan kegiatan2 yg bermanfaat.