IM.com – Puluhan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Raden Wijaya, Kota Mojokerto menggelar aksi penggalanan tanda tangan di puncak Gunung Penanggunan. Tanda tangan tersebut sebagai bentuk penolakan terhadap penerapan program full day school.
Aksi tersebut dilakukan tepat bersamaan dengan digelarnya upacara bendera merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia Ke-72 di puncak pawitra, Kamis (17/8/2017). Penggalangan tanda tangan tersebut dibubuhkan di kain putih sepanjang 3 meter dengan bertuliskan “Tolak Full Day School”.
Ketua Komisariat PMII Raden Wijaya Kota Mojokerto, Ahmad Nur Qomari mengatakan, penolakan penerapan full day scholl menjadi tema aksi kali ini. “Karena program tersebut menggusur kearifan lokal dan berdampak pada pendidikan non formal,” katanya.
Dengan kata lain, lanjut Ahmad, penerapan full days school justru akan berdampak negatif bagi peserta didik. Seperti Madrasah Diniyah (madin), Taman Pendidikan Alquran (TPQ), dan pendidikan keagamaan di dunia pesantren sehingga pihaknya berharap pemerintah kembali mengkaji ulang program tersebut.
“Apalagi, madin yang sudah ada sejak bertahun-tahun sebagai salah satu ruang bagi pendidikan agama dan menata akhlakul karimah. Sehingga kami menuntut pemerintah kembali mengkaji ulang dan membatalkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah,” katanya.
Ahmad menambahkan, tanda tangan yang sudah terkumpul melalui penggalangan di puncak Penanggungan tersebut rencananya akan diserahkan ke Dinas Pendidikan Kabupaten dan Kota Mojokerto. Mereka juga meminta agar digelar audiensi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten dan Kota Mojokerto.(ning/uyo)