IM.com – Menyambut masa panen kopi Wonosalam para petani dan warga Kampung Adat Segunung melaksanakan tradisi “Wiwit Kopi”.
Tradisi itu rutin dilaksanakan sebagai rasa syukur petani atas hasil panen kopi.
“Ini memang sudah dilaksanakan setiap tahun untuk melestarikan budaya. Saat mau panen apapun, dilakukan wiwitan terlebih dahulu. Termasuk saat akan panen kopi ini,” ujar Ketua Kampung Adat Segunung, Supi’i (46), usai prosesi ritual wiwit kopi, Sabtu (27/7/2024).
Di balik tradisi yang mengawali masa panen kopi Wonosalam tersebut menyimpan banyak filosofi.
Pantauan di lokasi, kegiatan Wiwit Kopi diawali dengan ritual pembacaan doa di tengah kebun kopi.
Setelah ritual pembacaan doa, prosesi selanjutnya adalah petik biji kopi yang mulai matang lalu dimasukkan ke tomblok atau wadah dari anyaman bambu sebagai tanda awal panen kopi Wonosalam.
hasil ritual petik kopi dan sesaji ritual itu kemudian diusung ke jalan Desa untuk diarak ke rumah joglo Kampung Adat Segunung. Sejumlah penari menjadi cucuk lampah.
Sesampai di Joglo Kampung Desa Adat Segunung, kirab disambut dengan dua penari remo boletan khas Jombang. Sesaji yang berisikan hasil bumi Wonosalam itu nantinya dijadikan rebutan oleh warga usai pembacaan doa.
Supi’i menyebut tradisi wiwit dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang diberikan melalui hasil panen kopi di Wonosalam.
“Harapannya supaya para petani kopi diberikan kesehatan dan memohon keberkahan,” pungkasnya. (ima)