
IM.com – Di sudut Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, suara gesekan canting dan aroma malam panas berpadu menjadi harmoni yang khas. Di tempat inilah, Sri Mujiatin, pemilik Batik Cempaka Trowulan, menyalurkan kecintaannya pada kain menjadi karya yang sarat sejarah dan nilai seni.
“Awal tahun 2012 bermula dari sebuah hobi akhirnya menjadi cuan. Saya dulu penjahit rumahan yang suka dengan selembar kain,” kenang Sri, disela-sela kesibukannya, Rabu (13/8/2025).
Perjalanan itu berubah arah ketika ia mengikuti pelatihan dari dinas terkait. Sejak saat itu, dunia batik menjadi jalannya, dan terus ia geluti hingga kini.
“Setelah ada pelatihan itu saya tekuni, hingga berkelanjutan sampai sekarang,” jelasnya.
Batik Cempaka tak sekadar indah, tetapi juga bercerita. Motif yang diangkat berakar pada kejayaan Majapahit, mulai dari Surya Majapahit, kapal Majapahit, hingga gapura Wringin Lawang.
Sri juga memberi sentuhan personal dengan motif teratai, mawar, dan buah Majapahit yang tumbuh di Trowulan dan sekitarnya. “Khas di sini banyak corak, warnanya lebih dari satu, banyak sekali warnanya,” tuturnya.
Karya yang lahir tak hanya sebatas kain batik. Di tangannya, batik menjelma menjadi baju jadi, mukena, udeng, tas ecoprint, sepatu, selendang penyambut tamu, outer, hingga topi.
Harganya bervariasi, mulai Rp130 ribu hingga Rp2,5 juta per lembar berukuran 2×115 cm. Pemasaran pun merambah ke berbagai event pameran.
“Dari tingkat daerah, Jakarta, hingga pameran ke luar negeri, Malaysia,” kata dia.
Proses pembuatannya memerlukan ketelitian tinggi. Setiap helai batik adalah hasil dari kesabaran yang ditenun dengan keterampilan.
“Mendesain, ngeblak di selembar kain, di canting dengan malam panas, pewarnaan teknik colet dan celup, finishing warna dasar, penggodokan untuk menghilangkan lilin, bilas sampai bersih,” pungkas Sri. (ima/sip)