Gerak Jalan Mojokerto–Surabaya bukan sekadar langkah kaki, tetapi perjalanan waktu — menelusuri jejak kejayaan Majapahit, menghidupkan semangat perjuangan, dan menatap masa depan Jawa Timur sebagai Gerbang Baru Nusantara

IM.com – ‎Semangat perjuangan kembali menggema di jalur legendaris Mojokerto–Surabaya. Hingga Jumat (7/11/2025) sore, sebanyak 4.000 peserta telah mendaftar untuk ambil bagian dalam Gerak Jalan Mojokerto–Surabaya (GMS) 2025 pada 15 November mendatang. Event tahunan yang menjadi simbol daya juang dan kebanggaan masyarakat Jawa Timur.

‎“Sampai Jumat sore, kami telah menerima pendaftaran sekitar 4.000 peserta, baik yang beregu maupun perorangan,” ujar Hadi Wawan, Kepala Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Jawa Timur kepada awak media.

‎Pendaftaran peserta masih terus dibuka, baik secara online melalui laman gms2025.id maupun offline di Kantor Dispora Jatim dan Dispora Mojokerto. Untuk memperluas partisipasi, Dispora juga membuka titik pendaftaran tambahan di Jombang dan Gresik, agar semakin banyak masyarakat turut serta menapaki jalur sejarah ini.

‎Tahun ini, GMS mengusung tema besar “Perjalanan Waktu Menuju Gerbang Baru Nusantara”, yang menggambarkan semangat lintas generasi menelusuri jejak kejayaan Majapahit, merayakan perjuangan kemerdekaan, dan menatap masa depan Jawa Timur sebagai pusat peradaban baru bangsa.

‎“Gerak Jalan Mojokerto–Surabaya bukan sekadar langkah kaki, tetapi perjalanan waktu — menelusuri jejak kejayaan Majapahit, menghidupkan semangat perjuangan, dan menatap masa depan Jawa Timur sebagai Gerbang Baru Nusantara,” ujar Hadi.

‎Berbeda dari tahun sebelumnya, start GMS 2025 dimulai lebih awal, yakni pukul 13.00 WIB dari Surodinawan, Mojokerto, dan berakhir di Tugu Pahlawan, Surabaya, agar peserta tiba sebelum tengah malam. Pertimbangan ini juga demi keamanan karena beberapa jalur yang dilalui minim penerangan.

‎Menariknya, tahun ini panitia memperkenalkan berbagai inovasi berbasis teknologi. Rute sepanjang 55 kilometer dibagi menjadi lima zona tematik — Era Mojopahitan, Pra-Kemerdekaan, Episentrum Kemerdekaan, Pasca-Kemerdekaan, dan Gerbang Baru Nusantara — yang menghadirkan pengalaman multi-sensori perpaduan sejarah, budaya, dan teknologi.

‎Peserta juga akan dilengkapi GPS tracking untuk pemantauan secara real time, sementara penilaian kekompakan regu menggunakan sistem analisis video berbasis kecerdasan buatan (AI) demi objektivitas dan transparansi.

‎“Prinsipnya, kami ingin memberikan pengalaman yang aman dan berkesan bagi peserta. Jaraknya cukup jauh, 55 kilometer, jadi jangan memaksakan diri. Keselamatan tetap prioritas,” tegas Hadi.

‎GMS 2025 terbuka untuk peserta berusia minimal 17 tahun, baik pria maupun wanita, dengan kategori individu maupun beregu. Pendaftaran offline akan berlangsung mulai 8–14 November 2025.

‎Secara historis, gerak jalan ini memiliki akar yang panjang. Menurut buku Surabaya Punya Cerita Vol. 1 karya Dhahana Adi, kegiatan ini pertama kali digelar pada 1955 dengan rute Pandaan–Surabaya untuk mengenang perjuangan Batalyon Cipto dan Abdullah di sektor selatan Sungai Brantas.

‎Sejak 1959, rutenya beralih menjadi Mojokerto–Surabaya, sebagai penghormatan terhadap Laskar Hisbullah yang berjuang di sektor barat.

‎Meski sempat terhenti akibat dinamika politik nasional, termasuk masa G30S/PKI (1965–1967) dan reformasi (1998–2005), semangat GMS tak pernah padam. Ia terus hidup sebagai tradisi rakyat Jawa Timur, menyalakan api perjuangan 10 November — hari paling heroik dalam sejarah bangsa Indonesia.

‎GMS 2025 bukan sekadar olahraga jalan kaki, melainkan ritual kebangsaan — langkah demi langkah yang menyatukan masa lalu, masa kini, dan masa depan Nusantara. (kim)

162

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini