IM.com – Menghibur diri di lingkungan alami merupakan salah satu cara yang perlu dilakukan untuk menyegarkan diri setelah menjalankan rutinitas keseharian. Bagi masyarakat Mojokerto, salah satu jujukan untuk bersuka ria adalah waduk Tanjungan di kawasan Kemlagi.
“Wisata ke waduk Tanjungan bersama keluarga rasanya menyenangkan karena tiket masuknya cukup murah. Di sini pengunjung bisa menikmati pemandangan yang penuh dengan kehijauan,” tutur Sri Mulyasih (28), salah seorang yang sudah beberapa mengunjungi tempat tersebut.
Waduk tersebut dibangun pada tahun 1984 pada area seluas 40 hektar, yang terbagi atas 19 hektar berupa waduk sedang sisanya merupakan hutan jati. Saking luasnya, waduk Tanjungan boleh dikata merupakan tempat favorit bagi pemburu suasana alami sehingga selalu ramai pengunjung, baik pada hari kerja maupun hari libur.
Pada hari kerja jumlah pengunjung pada kisaran 200 hingga 500 orang dan mengalami lonjakan pada hari libur mencapai 1.200 orang. Untuk memasuki arena tersebut, setiap pengunjung dikutip biaya senilai Rp 5.000. Fasilitasi yang tersedia berupa kamar mandi, tempat sembahyang, stand souvenir juga makanan dan minuman.
Pada tahun 1995 hingga 2005, waduk Tanjungan pernah mengalami masa jaya karena tingkat kunjungannya begitu tinggi lantaran diwarnai oleh adanya berbagai pertunjukan music dangdut maupun reagge. Namun karena adanya kasus pertengkaran pengunjung hingga menelan korban jiwa, pamor tempat wisata tersebut mengalami titik balik.
“Adanya kasus pertengkaran itu tampaknya membuat banyak pengunjung merasa ketakutan,” kata Lurah Tanjungan, Hery Suyatmoko.
Kini, Karang Taruna setempat beserta warga desa sepakat untuk mengembangkan citra waduk Tanjungan agar terkesan menyenangkan dan menjadi jujugan wisata favorit di Mojokerto. Jika tingkat kunjungannya semakin tinggi maka akan berpengaruh pada kesejahteraan warga desa karena bisa memasarkan produk mereka, baik berupa cindera mata maupun makanan dan minuman. (mg2/uyo)