IM.com – PDI Perjuangan punya mekanisme dan kriteria khusus untuk memilih di antara tujuh kandidat yang telah mendaftar sebagai bakal calon Bupati maupun calon Wakil Bupati Mojokerto 2020. Hasil survei internal dan modal yang dimiliki kandidat merupakan dua faktor yang paling menentukan.
Modal materiil dan politik kandidat memiliki skor dominan dalam penjaringan bakal calon bupati dan wakil bupati di PDIP. Kandidat yang memiliki modal melimpah akan menjadi pertimbangan khusus dari DPD dan DPP.
“Kebutuhan finansial ini sangat penting untuk mensukseskan pemenangan pilkada. Untuk kebutuhan saksi dan kampanye calon kan butuh biaya besar,” kata Sekretaris Panitia Penjaringan Bacabup dan Bacawabup PDI Perjuangan Kabupaten Mojokerto Supriyanto, Selasa (17/9/2019).
Menurut Supriyanto, kekuatan modal ini tidak harus ditentukan oleh kandidat bakal cabup, tetapi bisa juga dari bacawabupnya. Artinya, DPP bisa saja menjatuhkan rekom pada cabup tertentu yang tidak memiliki modal terlalu besar, namun pasangan cawabupnya yang cocok ternyata bisa menutupi kekurangan itu.
“Cabup tidak punya modal, tapi cawabup memiliki modal juga ada,” ucap politisi yang sudah 22 tahun menjadi kader partai banteng moncong putih ini.
Sehingga tak bisa dipungkiri, calon yang tak memiliki modal finansial yang cukup, peluangnya sangat kecil untuk mendapat rekom dari DPP PDIP. Kendati, Supriyanto, mengakui kekuatan modal bukan faktor yang menentukan segalanya dalam politik.
“PDIP juga mempertimbangkan tingkat popularitas dan elektabilitas bakal calon yang sudah masuk dalam penjaringan,” tuturnya.
Nah, faktor polularitas dan keterpilihan inilah yang memegang peran terbesar kedua setelah modal. Supriyanto mengungkapkan, terpilihnya pelamar sampai mendapat rekom dari DPP juga bisa ditentukan dari tingginya popularitas dan elektabilitas berdasar hasil survei internal PDIP.
“Survei ini dilakukan DPD PDIP Jatim. Hasilnya disetorkan ke DPP untuk dinilai lagi sebelum diputuskan rekomendasinya,” ujar Supriyanto.
Survei ini bernilai 40 persen dalam mekanisme penjaringan bakal calon kepala daerah di PDIP. Dengan demikian, kandidat yang paling populer dan elektabilitasnya tertinggi dari hasil survei internal PDIP –setelah pertimbangan finansial- berpeluang besar diusung sebagai cabup atau cawabup.
Dari dua kriteria penentu tadi, Ketua DPC PDIP Kabupaten Mojokerto, Pungkasiadi bisa dibilang yang paling berpeluang merebut tiket cabup dari PDIP. Selain kader sendiri, Pungkasiadi juga memiliki keunggulan popularitas dan elektabilitas sebagai wakil bupati incumbent (sedang menjabat) yang kekuatan modalnya juga boleh dikatakan tidak kecil.
Terlebih, di bursa bakal cabup, Pungkasiadi hanya bersaing dengan satu orang pendaftar yakni Purwo Santoso, pensiuan PNS Dinas Pendapatan Pemprov Jatim. (Baca: Pilkada Serentak Jatim 2020, 129 Kandidat Melamar ke PDIP, 7 Pelamar di Mojokerto).
Sedangkan lima kandidat lain mendaftar sebagai bakal cawabup di PDIP. Mereka adalah Ketua KONI Kabupaten Kabupaten Mojokerto Firman Effendi, Kepala Desa Mojodadi, Kecamatan Kemlagi Agus Suprayitno .
KemudianM. Rizky Fauzy, Anggota DPRD Kota Mojokerto yang juga anak mantan calon Wali Kota Mojokerto Akmal Budianto. SertaKusnanto dan Sunarto, keduanya merupakan kontraktor asal Mojokerto.
Supriyanto menyatakan, ketujuh nama ini akan melewati beberapa proses. Tahapan pertama melalui tingkat provinsi kemudian ke pengurus pusat.
“Tujuh pendaftar ini terlebih dulu akan diverifikasi oleh DPD PDI Perjuangan Jatim sebelum diserahkan ke DPP,” kata Supriyanto. (im)