IM.com – Hidup dalam penjara benar-benar menjemukan bila tidak ada aktivitas berarti, rentangan waktu yang begitu panjang terasa amat membosankan. Untuk mengatasi masalah tersebut, Kadiv Pemasyarakatan Kanwil Kememkum HAM Jatim Harun Sulianto berinisiatif memperdayakan penghuni Lapas Mojokerto untuk memproduksi sepatu eksklusif dengan nama “Pasmoker”, akronim Lapas Mojokerto.
Mencermati aktivitas produksi sepatu yang dilakukan oleh warga Lapas Mojokerto sudah berlangsung selama lima tahun, Kadiv Pemasyarakatan Kanwil Kememkum HAM Jatim Harun Sulianto, ingin mendorong para pekerja untuk mengembangkan kreativitasnya dengan membuat sepatu pantofel model Aladin berbahan kulit dengan kualitas terjamin.
“Di sisi desain juga dirancang secara khusus, diolah secara hand made sehingga hasilnya ekslusif kemudian dipasarkan pada kalangan pejabat,” terang Harun Sulianto tentang idenya dalam memberi nilai tambah pada hasil produksi warga binaan Lapas Mojokerto.
Menurut dia, terbersitnya ide membuat model Aladin tatkala dirinya mengunjungi toko sepatu impor di beberapa mall. Desain pantofel yang akan digarap ujungnya berbentuk lancip, mirip sepatu tokoh fiksi Aladin.
Pemilihan desain Aladin, kata Harun, karena model sepatu seperti itu menjadi kegemaran kalangan berpunya, seperti bisnisman, eksekutif maupun kalangan pejabat. Harga per pasangnya tergolong spesial, karena mencapai Rp 7,5 juta.
“Untuk itu saya minta dibuatkan khusus oleh warga binaan Lapas Mojokerto dengan kualitas baik, kesannya eksklusif, dan limited edition, tidak diproduksi secara massal,” kata Harun saat meninjau pembuatan sepatu Aladin di bengkel napi Lapas Mojokerto.
Harun meminta para napi yang tergolong terampil untuk menduplikasi desain tersebut. Pasalnya, enam orang warga binaan yang sudah piawai membuat sepatu berbahan kulit, kualitas bagus namun harga jualnya terjangkau. “Karena dikerjakan secara manual, saya ingin ornamennya digarap secara detil. Bahan utamanya kulit sapi, bagian alasnya menggunakan sol yang kuat juga kualitas lemnya terjamin,” katanya menerangkan proses penggarapannya.
Jika pembuatan sepatu pesanannya itu selesai, Harun berjanji akan membantu memasarkannya pada koleganya. Beberapa pihak yang dibidik untuk membelinya diantaranya kalangan kepala daerah, sebagai bentuk kepedulian untuk mengapresiasi karya warga binaan Lapas Mojokerto dengan harga per pasang Rp 1 juta.
“Dalam waktu dekat sepatu ini saya pakai dalam acara di Kemenkum HAM Jakarta. Dengan pola fashion show seperti itu mereka sudi membelinya. Beberapa tokoh yang kemungkinan besar mau membeli adalah Gus Ipul (Wagub Jatim), Bupati Banyuwangi dan Wakil Bupati Gresik akan saya suruh beli juga. Kalau sebuah produk sudah digunakan oleh pejabat biasanya akan banyak yang mengikuti,” tutur Harun optimis.
Ke depan, popularitas sepatu handmade karya napi Lapas Mojokerto diharap bisa berkembang. Apabila hal itu terwujud tentu akan mampu meningkatkan pendapatan negara non pajak serta kesejahteraan warga binaan semakin baik. Dan perlu diketahui bahwasanya aktivitas produksi Lapas Mojokerto sudah berlangsung lima tahun maka sudah saatnya “Pasmoker” menjadi produk unggulan,” tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Kalapas Mojokerto Muhammad Hanafi mengimbuhi, untuk menggarap sepasang sepatu Aladin, dibutuhkan waktu tiga hari agar mutu pengeleman tercapai. Karena daya tahan sepatu bertumpu pada mutu pengeleman selain menggunakan bahan yang juga bermutu. Aspek inilah yang menjadi pertimbangan utama produk sepatu yang diberi nama “Pasmoker”, akronim dari Lapas Mojokerto.
Hanafi berharap, sepatu Aladin akan sukses terjual seperti model pantofel lainnya karya warga binaan. Pada pameran produk unggulan di Kemendag Jakarta Mei silam, produk Pasmoker laris manis diserbu pembeli. Dalam tempo sepekan, berhasil terjual 90 pasang.(uyo)