IM.com – Gabungan kelompok tani (Gapoktan) se Kota Mojokerto menggelar pertemuan rutin untuk membahas berbagai kendala yang dihadapi selama mengolah persawahan. Acara dialog bersama jajaran pemangku kepentingan petani tersebut berlangsung di rumah seorang petani Gunung Anyar, Magersari, Rabu (14/02/2018)
Terkait dengan penjualan padi pasca panen, seorang peserta menyatakan, bahwa selama ini Poktan tidak tertarik untuk menjual ke Bulog karena harganya terlalu rendah. Padahal selama proses produksi harus membayar buruh panen dan biaya transport. Berbeda jika dijuak ke tengkulak yang harganya tinggi juga tidak terbebani biaya buruh panen maupun transport.
Perwakilan dari Bulog Sub Divre IV Surabaya Selatan berjanji akan menyampaikan masalah tersebut ke pimpinan. Selama ini pihak Bulog hanya menerima gabah yang diolah menjadi padi berasal dari mitra Bulog. Jawaban tersebut oleh kalangan petani dianggap kurang berpihak pada kepentingan petani.
Bintara pembina desa (Babinsa) Gunung Gedangan, Serma Sudirman kemudian menimpali, agar bisa mencapai program ketahanan pangan di Kota Mojokerto, pihak Kodim sekarang mendapat kewenangan untuk membeli hasil panen petani yang pendanaannya ditopang oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI).
“Petani bisa langsung mendapatkan uang hasil panennya dengan dibeli oleh pihak Kodim yang dananya didapat dari kerjasama dengan BRI. Jadi mulai tanam sampai dengan panen sudah difasilitasi semua oleh pemerintah daerah yang bekerjasama dengan BNI pada saat tanam dan BRI pada saat panen,” kata Sudirman menerangkan.
Terkait kredit usaha rakyat (KUR) Tani yang ditawarkan BNI sebaiknya diberi masa pelunasan lebih lunak selama setahun, tidak seperti sekarang yang pelunasannya hanya 2 – 3 bulan pasca panen. Disamping itu juga diusulkan, ekskavator mini bantuan Kementerian Pertanian yang dikelola Kodim apabila dipinjam untuk pengerukan saluran irigasi hendaknya digratiskan.
Serma Sudirman menanggapi, untuk ekskavator yang akan digunakan untuk memperbaiki saluran irigasi tersier, itu tidak disewakan oleh Kodim, akan tetapi beaya perawatan, bahan bakar minyak (BBM) maupun upah operator ditanggung pengguna.
Kadinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Mojokerto Happy Dwi Prastiawan mengaku gembira karena kelompok tani Kota Mojokerto menunjukkan kemajuan. Adanya permohan agar Poktan dibuatkan bekupon atau sangkar burung hantu untuk mengatasi hama tikus, pihaknya akan menyiapkan dua buah bekupon. Ke depan burung hantu yang diberdayakan hendaknya bisa ditangkar.
Dialog pertanian yang melibatkan sekitar 45 petani tersebut juga dihadiri perwakilan dari Dinas Peternakan Provinsi Jatim, koordinator Petugas Penyuluh Lapangan, dan beberapa praktisi Gapoktan. (dim/uyo)