IM.com – Gempa beruntun di Kabupaten Situbondo dan Sumenep, Kamis dini hari (11/10/2018) hingga pagi telah menelan tiga kroban jiwa dan sedikitnya tujuh orang luka. Meski tidak sebesar gempa Lombok dan Palu, guncangan gempa terasa hingga 18 daerah di tiga pulau, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat.
Kepala Bidang Info Gempa dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, gempa ini dirasakan paling parah di Situbondo dan Sumenep. “Getaran gempa menyebabkan sejumlah bangunan rusak,” ujar Daryono, Kamis (11/10/2018).
Data BMKG menyebutkan, wilayah yang merasakan getaran gempa yakni Denpasar, Nusa Dua dan Gianyar di Bali serta Lombok Barat juga Mataram di NTB. Lalu wilayah Jatim yang merasakan getaran yakni Karangkates (Malang), Pandaan, Sumenep, Situbondo, Jember, Banyuwangi, Lumajang, Probolinggo, Bondowoso, Pasuruan, Malang, Sidoarjo, Surabaya, Gresik dan Mojokerto.
Luasnya wilayah yang merasakan guncangan karena gempa 6,4 skala richter itu termasuk kategori skala III hingga V MMI (Modifield Mercalli Intensity). Artinya getaran dari goncangannya sangat terasa hingga membuat bangunan bergoyang.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, episenter gempa bumi terletak pada koordinat 7,47 LS dan 114,43 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 55 Kilometer (Km) arah timur laut Kabupaten Situbondo. Gempa ada di kedalaman 12 Km yang masuk kategori jenis dangkal dan tidak berpotensi tsunami.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal yang diperkirakan akibat aktivitas patahan di zona back arc thrust,” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono di Jakarta, Kamis (11/10/2018).
Sejak gempa pertama pukul 01.44, terjadi 17 guncangan susulan hingga pukul 3.13 WIB. Sepanjang gempa beruntun itu, BMKG dua kali mengupdate kekuatan gempa di-update.
Pukul 01.57 WIB dimutaakhirkan 6,3 SR. Selanjutnya, setelah pengolahan dilengkapi dengan data gempa, hasil catatan dari 156 sensor seismic diperoleh magnitude hasil pemutakhiran menjadi berkekuatan M=6,0 atau 6 SR.
Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Juanda Surabaya, Nur Huda memaparkan, hingga Kamis pagi tercatat sudah terjadi 17 kali gempa susulan pascagempa yang terjadi di Situbondo. Kekuatan gempa bervariasi antara 2,7 Skala Richter (SR) hingga 3,6 SR.
“Kami memprediksi masih ada gempa susulan dengan kekuatan bervariasi. Namun, kami mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan waspada. Tetap pantau informasi langsung dari BMKG dan tidak terpengaruh dengan isu atau informasi yang tidak benar,” paparnya.
Gempa bumi ini menelan tiga korban jiwa dan delapan terluka. Korban tewas merupakan warga Sumenep yang sedang tidur saat gempa terjadi sehingga tidak sempat menyelamatkan diri saat bangunan roboh. Identitasnya yakni Nuril Kamiliya (L/7), H Nadhar (P/55), dan laki-laki dewasa masih diidentifikasi. Ketiganya warga Desa Prambanan, Kecamatan Gayam, Sumenep.
Adapun kerugian berdasarkan data terakhir di Sapudi, Sumenep –yang menjadi lokasi terdampak paling parah-, sebanyak 25 rumah mengalami kerusakan. Sedangkan tujuh orang luka-luka masih diperiksa intensif.
Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhammad Sadly dalam keterangan tertulis memaparkan, hingga pukul 08.00 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi 14 aktivitas gempa susulan. Gempa susulan paling kuat terjadi pada pukul 2.22 WIB dengan kekuatan 3,5 SR dan gempa susulan paling lemah terjadi pada pukul 3.13 WIB dengan kekuatan 2,4 SR.
“Hasil analisis BMKG menunjukkan informasi awal gempa ini berkekuatan 6,4 SR. Selanjutnya setelah pengolahan dilengkapi dengan data gempa hasil catatan dari 156 sensor seismik diperoleh magnitudo hasil pemutakhiran menjadi berkekuatan 6,0 SR,” paparnya. (ine/im)