IM.com –Sebanyak 180 kasus kebakaran terjadi di di Mojokerto Raya (kota dan kabupaten) hanya dalam kurun dua bulan pada September-Oktober 2018. Dari jumlah itu, intensitas tertinggi kebakaran melahap area hutan.
“Kebakaran hutan masih dominan, dari 180 kasus, ada 101 kasus kebakaran hutan. Ini berdasarkan rekapitulasi data perakhir Oktober 2018,” ujar Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto, Muhammad Zaini, Kamis (1/11/2018).
Urutan kedua setelah hutan, kejadian kebakaran di gedung dan bangunan. Terakhir Oktober ini, tercatat ada 43 kasus kebakaran yang meludeskan gedung dan bangunan di Kabupaten/Kota Mojokerto.
Berikutnya, kasus kebakaran lahan dengan jumlah kasus 38. “Ini termasuk kebakaran tebu, rumpun bambu dan sampah,” tuturnya.
Meski kasus kebakaran di Kabupaten dan Kota Mojokerto terbilang tingg sepanjang dua bulan ini. Namun tidak ada kejadian kebakaran yang mengakibatkan korban jiwa.
BPBD berharap, adanya tim kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang sudah dibentuk pemerintah daerah setidaknya bisa optimal. Hal itu karena BPBD juga membutuhkan bantuan dari instansi samping untuk mengatasi kasus karhutla.
“Semoga tahun depan tim karhutla bisa semakin optimal. Tim karhutla ini kan anggotanya ada beberapa OPD, TNI-Polri serta relawan. Kami berharap tahun depan tim bisa betul-betul optimal,” ujar Zaini.
Mengingat di kawasan Kabupaten dan Kota Mojokerto saat ini telah banyak gedung-gedung bertingkat, BPBD berencana akan melakukan survei untuk memastikan SOP pengelolaan gedung sudah betul. Tujuannya, untuk mengurangi resiko bencana (PRB).
“Kami akan mendatangi langsung ke kantor-kantor (swasta dan pemerintah) untuk memastikan pengelolaan gedungnya sudah sesuai SOP,” ujar Zaini. SOP yang dimaksud Zaini adalah di gedung-gedung perkantoran sudah ada aparnya (alat pemadam kebakaran ringan), jalur evakuasi serta titik kumpul saat ada keadaan darurat. (jan/im)
