Bursa kerja yang selalu diserbu ribuan pencari kerja.

IM.com – Jumlah pengangguran terbuka di Indonesia per Agustus 2018 turun menjadi 5,34% atau sekitar 7,001 juta orang dibandingkan peiode yang sama tahun lalu sebesar 5,50%. Angka pengangguran ini selaras dengan pertumbuhan ekonomi RI yang naik 3,09%.

Kalau Agustus 2017 7,004 juta orang atau turun 0,004. Terutama di perkotaan, pengangguran menurun dari 6,79% menjadi 6,45%,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (5/11/2018).

Sayangnya, penurunan jumlah pengangguran itu tidak terjadi di pedesaan. angka pengangguran di pedesan justru tercatat naik.

Data otoritas statistik menunjukkan, tingkat pengangguran terbuka di pedesaan pada Agustus 2018 mencapai 4,04% atau naik tipis dari periode sama tahun lalu mencapai 4,01%. Suhariyanto menyebutkan, kenaikan tingkat pengangguran terbuka di pedesaan disebabkan oleh adanya pengurangan tenaga kerja di sektor pertanian.

“Kalau dilacak memang ada penurunan petani. Misalnya, petani karet itu berkurang 1,3 juta,” ujarnya.

Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah memang gencar menyalurkan cash for work (dana padat karya) ke sejumlah daerah dalam rangka memperbaiki daya beli masyarakat.

Namun menurut Suhariyanto, dana tersebut hanya diberikan kepada buruh bangunan yang berkontribusi langsung pada pembangunan infrastruktur. “Dan desa ini digunakan untuk padat karya, tapi bukan kepada sektor pertanian. Dia kepada penbangunan jalan. Jadi tidak bisa,” jelasnya.

Sementara untuk jumlah penduduk usia kerja di Indonesia tercatat sebanyak 194,78 juta orang. Rinciannya 131,01 juta merupakan angkatan kerja dan 63,77 juta orang bukan angkatan kerja.

Dari total 131,01 juta angkatan kerja, sebanyak 124,01 juta orang telah bekerja. Sedangkan 7,001 juta orang pengangguran.

Kalau dirinci lagi, sebanyak 88,43 juta orang merupakan pekerja penuh, 27,37 juta orang sebagai pekerja paruh waktu, dan 8,21 juta orang merupakan setengah pengangguran,” papar Suhariyanto.

Ekonomi Tumbuh 5,17 Persen

Sementara untuk pertumbuhan ekonomi RI, BPS mencatat realisasi pertumbuhan ekonomi secara kumulatif sampai September 2018 sebesar 5,17%. Angka realisai pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi APBN yang diproyeksikan 5,1%.

Namun pertumbuhan ekonomi Kuartal III ini masih lebih lambat dari kuartal II yang tercatat 5,27%. Sementara bila dilihat secara kuartalan, ekonomi RI tumbuh 3,09%.

“Dengan catatan peristiwa selama 3 bulan, YoY ekonomi Indonesia tumbuh 5,17%,” kata Suhariyanto.

Ia mengungkapkan, masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah. Karena, sambung dia, pertumbuhan ekonomi RI masih diwarnai adanya defisit neraca dagang periode ini.

“Nilai ekspor dan impor, kita sudah tahu, ekspor triwulan 3 ini, YoY naik 8,33%. Permasalahannya di impor yang lebih tinggi dibandingkan nilai ekspor. Tumbuh impor yoy naik 23,71%, sehingga terjadi defisit,” jelas dia.

“Jadi defisit neraca perdagangan menjadi kendala meningkatkan pertumbuhan ekonomi kita, karena defisit menjadi faktor pengurang,” tuturnya. (tik/im)

39

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini