IM.com – Produktifitas pengrajin perak di Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto kembali menggeliat. Pangsa pasar yang sempat terputus dampak krisis moneter yang melanda negeri ini pun kembali dijalin. Bahkan mengembangkan sayap pemasaran hingga menembus manca negara.
Perjalanan sebagai pelaku bisnis pengrajin perak yang telah mengalami pasang surut itu dialami Purbo pemilik Agung Silver Jewellery. “Tahun 1987 sebagai awal merintis dan seiring waktu sempat mengenyam boming permintaan hingga terpuruk akibat krisis moneter dan tragedi bom Bali,” tutur Purbo mengisahkan perjalanan sebagai salah satu pengrajin perak di Desa Batankrajan.
Kini, Purbo dengan brand Agung Silver Jewellery telah menembus pasar manca negara. Hasil produksinya setiap bulan mengisi display dan menjadi koleksi para pelanggan di galeri di Jerman.
“Rutin setiap bulan kami mengirim pesanan dari galeri di Jerman. Yang kita kirim ada hasil desain terbaru atau pun repeat order,” jelas Purbo yang kini dibantu putra dalam menjalankan usahanya.
Untuk memenuhi pesanan galeri di Jerman, Purbo harus ektra waktu dan tenaga. Sebab, proses produksinya masih dikerjakan manual. Dalam kondisi itulah, Purbo mendapat berkah yakni batuan mesin casting yang diberikan gratis oleh Rotary Club Surabaya Selatan (RCSS).
“Mesin casting senilai Rp 60 jutaan ini kami (Rotary Club.red) berikan gratis pada Juni 2018 untuk memaksimalkan produktifitas pak Purbo, Agung Silver Jewellery. Sehingga bisa memiliki daya saing khususnya menembus pasar manca negara,” ujar Ika Prastiwi Puspa Wardhani Presiden Club Rotary Surabaya Selatan saat kunjungan bersama rombongan di Agung Silver Jewellery, Sabtu (26/01-2019).
Kunjungan ini lanjut Ika Prastiwi untuk mengetahui perkembangan maksimal produksi Agung Silver Jewellery dengan adanya mesin casting. “Pendampingan Rotary Club kepada Agung Silver Jewellery sesuai program kami yang mengacu kepada enam focus area utama. Salah satunya growing local economies. Kebetulan Agung Silver Jewellery binaan LPPM Ubaya,” jelasnya.
Bantuan mesin casting ini kata Purbo sangat membatu peningkatan jumlah produksi. “Jika kita kerjakan secara manual dalam sehari mampu menyelesaikan 8 biji. Dengan adanya mesin casting bisa menyelesaikan 25 biji,” terang Purbo sembari menunjukkan contoh hasil karyanya yang diproduksi dengan bantuan mesin casting.
Tak hanya itu lanjut Purbo, dengan mesin casting, untuk memproduksi dalam jumlah banyak, hasilnya lebih presisi. “Dengan adanya mesin casting ini kami bisa memenuhi pesanan pasar khususnya geleri yang di Jerman,” tandasnya.
Sementara Bertha Silvia Sutejo dosen Fakutas Bisnis dan Ekonomika Ubaya sebagai pendampingan Agung Silver Jewellery berharap bisa mewujudkan Desa Batankrajan sebagai destinasi wisata. Sebab Desa Batankrajan memiliki potensi sebagai desa pengrajin perak.
Sejumlah program yang digulirkan LPPM Ubaya termasuk pendanaan hibah penelitian dan pengabdian masyarakat di Perguruan Tinggi Kemenristekdikti dapat membantu pengembangan desa pengrajin perak.
“Program tersebut diantaranya dalam bentuk pelatihan, produk dan membantu UKM yang punya nilai ekspor untuk memperkuat brand dengan inovasi identitas produk. Hingga pengembangan desa mitra,” papar Bertha.
Bertha pun mengamini program tersebut butuh dukungan pemerintah setempat mulai tingkat pemerintah desa hingga kabupaten. “Kami sudah melakukan komunkasi dengan Disperindag dan Bappeda Kabupaten Mojokerto, terkait program-program kami termasuk even yang akan kita selenggarakan pada April bulan depan ini,” pungkasnya. (uyo)