Warga Desa Cendoro, Kecamatan Dawarblandong, Mojokerto pernah berunjuk rasa dan memasang spanduk di gapura desa yang berisi penolakan pendirian pabrik pengelolaan limbah B3.

IM.com – Sempat menuai kontroversi, Pemerintah Provinsi Jatim akhirnya tetap merealisasikan pembangunan pusat pengelolaan sampah dan limbah industri B3 (PPSLI) di Desa Cendoro, Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto. Pembangunan pabrik itu ditargetkan selesai tahun ini juga untuk proyeksi pengolahan 110 juta ton atau sekitar 65 persen dari total limbah industri di Jatim.

Selama ini, jutaan ton limbah yang belum tertangani itu dibuang ke PPSLI Bogor. Selain biaya yang tinggi, pihaknya juga mengkhawatirkan kebocoran limbah mengingat jaraknya yang jauh.

“Maka dari itu dibangun pabrik PPSLI di Jatim,” kata Asisten Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Jawa Timur Wahid Wahyudi.

Wahid menyebutkan, pembangunan pembangunan pabrik di atas lahan seluas 50 hektar ini dilakukan secara bertahap. Tahap pertama akan dilakukan pada 2019-2020 dengan memanfaatkan tanah seluas 5 hektare terlebih dahulu

“Ini adalah pusat pengolahan sampah dan limbah industri yang kedua setelah Bogor,” ujarnya.

Dimulainya proyek pembangunan PPSLI B3 ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Jawa Timur Wahid Wahyudi yang mewakili Gubernur Soekarwo, Minggu (10/2/2019).

“Peletakan batu pertama juga secara simbolis dilakukan oleh Bapak Gubernur Jawa Timur, Soekarwo di Surabaya,” ujar Wahid.

Pabrik ini diproyeksikan untuk pengolahan limbah industri di Jatim sebanyak 110 juta ton yang memang belum tertangani. Data Dinas Lingkungan Hidup Jatim menyebutkan Industri di Jatim berpotensi menghasilkan limbah 177 juta ton per tahun.

Wahid menjelaskan, pembangunan pabrik PPSLI dilakukan tak lain karena pertumbuhan industri di Jawa Timur terus meningkat. Dari data pemprov, setiap tahunnya industri di Jawa Timur mengalami kenaikan hingga 7,53 persen.

“Saat ini jumlah industri di Jatim itu sudah mencapai 813.140 unit,” ucap Wahid.

Beberapa di antaranya menghasilkan limbah B3. Sedang industri penghasil limbah berbahaya dan beracun yang melaporkan kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) berjumlah 218 industri.

Dari 218 industri itu berpotensi menghasilkan limbah sebanyak 49 juta ton pertahun. Selain industri, rumah sakit juga menghasilkan limbah. Sebanyak 215 berpotensi menghasilkan limbah sebanyak 1,9 juta ton pertahun.

“Belum lagi, Banyak kegiatan lain yang juga menghasilkan limbah dan data dari DLH Jatim potensi limbah per tahun totalnya 177 juta ton limbah,” ungkapnya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur Diah Susilowati menjelaskan, pembangunan gedunh tahap pertama di atas tanah seluas 5 hektare itu memiliki fasilitas perkantoran, tempat pengumpulan, pemilihan, dan pemanfaatan limbah.

PPLI B3 tahap awal ini bakal difungsikan untuk mengolah limbah medis, serta memanfaatkan limbah fly ash dan bottom ash menjadi batako. Fasilitas ini digadang-gadang mempunyai kapasitas harian hingga 2,5 ton.

“Target operasional insenerator dan pemanfaatan kalau izinnya selesai akhir tahun bisa operasi,” terangnya.

Direktur Utama PT BUMD PT Jatim Grha Utama Mirza Muttaqin menyebutkan, total investasi untuk pembangunan PPSLI B3 seluas 50 hektare mencapai Rp 500 miliar. Tahun ini pihaknya menggelontorkan dana Rp 105 miliar untuk pembangunan PPSLI B3 tahap awal seluas 5 hektare di Desa Cendoro.

BUMD PT Jatim Graha Utama merupakan BUMD yang ditunjuk Pemprov Jatim untuk membangun dan mengoperasionalkan PPSLI B3 tersebut.

Pembangunan PPSLI ini sempat mendapat penolakan keras dari warga saat rencananya mulai mengemuka dua tahun lalu. Keberadaan pabrik limbah itu nantinya dianggap malah akan merusak lingkungan mereka.

Warga melakukan aksi protes saat kegiatan sosialisasi yang dilakukan Pemprov Jawa Timur bersama warga dengan menghadirkan tim dari ITS dan Perhutani. Warga tetap tak bisa menerima semua penjelasan teknis tentang rencana pembangunan pabrik limbah B3 disekitar kampung mereka.

Penolakan itu kembali menggema saat peletakan batu pertama, kemarin. Puluhan warga Desa Cendoro menggelar unjuk rasa di lokasi tak jauh dari tempat acara peletakan batu pertama.

“Kami masyarakat desa tidak diundang dalam acara peletakan batu pertama PPLI B3. Karena kami masih menyuarakan penolakan,” kata Anggota Forum Desa Cendoro, Sujianto kepada wartawan di lokasi, Minggu (10/2/2019).

Sujianto menandaskan, warga khawatir keberadaan PPLI B3 bakal membuat lingkungan mereka tercemar. Dia mengklaim mayoritas warga Desa Cendoro kompak menolak pembangunan PPLI tersebut.

“Paling utama keruhnya sumber air, dampaknya bisa ke mana-mana, kesehatan warga pasti terdampak,” tegasnya. (son/im)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini