IM.com – Siswa kelas VII MTs Bahrul Ulum, Jetis, Mojokerto, mulai Senin (11/2/2019) terpaksa harus menjalani studi di teras dan musholla sekolah. Belum ada kepastian nasib mereka bisa kembali belajar di dalam kelas.
Proses belajar para siswa itu dipindah ke luar menyusul ambruknya atap gedung kelas VII, Jumat (8/2/2019) lalu. Hingga kini, pihak sekolah dan pihak berwenang terkait belum bisa memastikan kapan gedung kelas tersebut selesai diperbaiki sehingga para siswa bisa mengenyam pelajaran dengan khidmat.
Kepala Sekolah MTs Bahrul Ulum Ahmad Shofwan mengatakan, renovasi ruang kelas VII mulai dilakukan. Sementara ini, pihaknya mengandalkan para alumni dan warga yang mau mengulurkan bantuan untuk merenovasi kelas.
“Kami berharap Kementerian Agama (Kabupaten Mojokerto) turut membantu renovasi ruang kelas VIII dan IX,” kata Sofwan di MTs Bahrul Ulum, Desa Kupang, Jetis, Senin (11/2/2019). Menurut Shofwan, renovasi dua ruang kelas itu tak kalah mendesak dengan kelas VII mengingat usia bangunan yang sudah 15 tahun tanpa pernah tersentuh rehab.
Apalagi, runtuhnya atap kelas VII juga berimbas pada kecemasan siswa kelas lain. Siswa kelas VIII dan IX pun kini ikut-ikutan belajar di luar ruangan karena takut kelasnya yang sudah berusia rapuh juga akan ambruk.
“Warga dan pengurus yayasan pun berinisiatif untuk mengecek kondisi atapnya masih kuat atau tidak,” tutur Shofwan.
Runtuhnya
atap ruang kelas VII MTs Bahrul Ulum, Desa Kupang, Jetis, Mojokerto memang
cukup mencemaskan dan menyisakan trauma bagi para siswa. Sebanyak 84 siswa yang
memilih belajar di musholla dan teras membuat sekolah yang hanya mempunyai 3
ruang kelas nampak sepi.
Sementara kondisi terbaru dari 9 siswa dan
soerang guru yang terkena runtuhan atap kelas VII berangsur membaik. Hanya dua
siswa yakni Rifki dan Rio yang belum masuk sekolah karena mengalami luka cukup serius.
Rifki mengalami luka di bagian tangan dan Rio sempet berdarah di bagian Kepala.
“Kemarin kami besuk kondisinya membaik, tapi dokter menyarankan agar mereka istirahat dulu selama seminggu,” ujar Shofwan. (im)