IM.com – Lahan pertanian yang terletak berdekatan dengan pusat perkotaan, dijadikan objek Babinsa Semampir, Serka Samsuri untuk mengetahui lebih dalam, apa saja yang dilakukan petani di sini, termasuk gambaran kondisi lahan yang dikelola petani.
Bersama Ketua Poktan Mukti Semampir, Supanudi dan PPL Semampir, Mashudi, Serka Samsuri melihat langsung lahan pertanian yang berada di Kelurahan Semampir, Kecamatan Kota. Selasa (26/2/2019)
Dikatakan Supanudi, hasil padi di Semampir rata-rata mencapai 540an kwintal (5,4 ton) gabah kering panen (gkp) per bahu atau setara 0,7 hektar, dan angka tersebut kalau diasumsikan dengan hitungan hektar, hasil gkp rata-rata 780an kwintal (7,8 ton) per hektar.
Besaran 7,8 ton gkp ini adalah hasil maksimal alias kondisi normal, dalam artian tanpa ada gangguan hama maupun hujan. Bila ada hambatan, rata-rata hasil yang didapat petani hanya mencapai 480an kwintal (4,8 ton) gkp per bahu, atau kalau diasumsikan dengan hitungan hektar, maka hasil gkp rata-rata mencapai 690 kwintal atau 6,9 ton.
Diakui Supanudi, luas sawah di Semampir sudah jauh berbeda dibanding 20 hingga 30 tahun yang lalu, dalam artian luasnya kian menyusut seiring beralih fungsinya tanah tersebut.
Sebagian besar, sawah di Semampir beralih fungsi menjadi pemukiman penduduk, bahkan penyusutannya mencapai sekitar 50% lebih, dibanding luas sawah di tahun 1990an.
Supanudi mengungkapkan, kendati terjadi penyusutan, bila dibandingkan hasil gkp era 1990an dengan sekarang, jauh berbeda. Dulu, dalam sebahu atau setara 0,7 hektar, petani di Semampir hanya bisa mencapai sekitar 320 kwintal (3,2 ton) hingga 360 kwintal (3,6ton).
Bila dibandingkan saat ini, hasil produksi gkp jauh meningkat dibanding era 1990an, dengan asumsi 540 kwintal (5,4 ton) berbanding 360 kwintal per bahu (0,7 hektar), atau terjadi peningkatan sekitar 60 %.
Menurut Mashudi, disisi barat lapangan Semampir, ada lahan seluas 5 bahu atau setara 3,5 hektar yang menggunakan teknik tanam padi jajar legowo (Jarwo). Dari pandangan teknis, tanam jarwo berbeda dengan teknik tanam petak, dan perbedaan tersebut terletak pada jarak dan bibit yang ditanam.
Tanam jarwo menggunakan 2 sampai 3 bibit padi, dengan perbandingan jarak 2 banding 1 dan 3 banding 1. Penanaman menggunakan jarwo, 2 sampai 3 baris tanaman ada jarak antara 30 cm sampai 40 cm.
Sebagaimana dijelaskan Supanudi, rata-rata hasil panen petani yang memiliki lahan dibawah sebahu atau 0,7 hektar di Semampir, 50% disimpan, sedangkan 50% lainnya dijual. Sedangkan yang memiliki lahan diatas sebahu (0,7 hektar), tidak lebih dari 20% saja padi yang disimpan, dan 80% lainnya dijual.
Kelompok tani atau Poktan Mukti yang dipimpinnya ini, tidak hanya warga berstatus domisili Semampir saja, tetapi ada yang berdomisili di Balowerti, Jongbiru dan Karangrejo.
Keberadaan Poktan Mukti cukup menantang, lantaran kondisi areal sawah kian menyusut, terlebih ditilik dari geografis Semampir, lokasinya berada dekat dengan pusat kota. (penrem 082)