Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kemenperin Gati Wibawaningsih didampingi Rektor UK Petra Prof Djwantoro Hardjito melihat sepatu produksi Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) dalam pameran Indonesia Footwear Creative Competition (IFCC) 2019 kampus UK Petra Surabaya, Selasa (19/3/2019).

IM.com – Kabar gembira bagi produsen sepatu lokal di Mojokerto dan daerah lain di Jawa Timur.  Kementrian Industri bersama Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) mendorong dan siap memfasilitasi industri sepatu lokal di Jatim untuk meningkatkan produktivitas dan mencapai nilai ekspor lebih besar.

Sebagai catatan, nilai ekspor alas kaki produksi dalam negeri di tahun 2018 lalu mencapai 5,11 miliar USD. Provinsi Jawa Timur sendiri tercatat sebagai daerah produsen sepatu terbesar keempat di dunia

“Indonesia Footwear Creative Competition ini menjadi wadah untuk meningkatkan minat mahasiswa dan pengusaha muda serta pegiat desain grafis untuk memajukan industri sepatu lokal, terlebih di wilayah Jawa Timur,” kata Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka Kemenperin, Gati Wibawaningsih.

Hal itu disampaikan Gati Wibawaningsih di forum Indonesia Footwear Creative Competition (IFCC) 2019 didampingi Wagub Jatim Emil Dardak di Atrium Q Universitas Kristen Petra Surabaya, Selasa (19/3/2019).

Desainer muda, kata Gati, mempunyai potensi jangka panjang karena paham segmentasi dan selera anak muda untuk kemudian bekerja sama dengan Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) mengembangkan industrinya secara nasional.

“Kalau dilihat, anak muda makin berproduksi dengan baik. Jika produksi tidak bagus maka tidak laku dijual. Itu tugas pemerintah untuk memfasilitasi startup,” katanya.



Menurut Gati, permasalahan industri alas kaki lokal yang mendesak saat ini adalah bahan baku. Selama ini, 60 persen bahan baku sepatu, seperti kulit dan plastik masih mengandalkan impor.

“Masalah bahan baku ini sangat krusial. Persoalan ini sangat penting dan sesegera mungkin dicarikan solusinya,” terang Gati.

“Impor bahan baku untuk industri alas kaki di Indonesia dikisaran 60%. Sangat tinggi, dan ini harus dipenuhi. Tidak bisa tidak,” tambah Gati.

Untuk itu, ide membangun pabrik bahan baku alas kaki di Magetan, Jawa Timur tentunya diharapkan bisa membantu mengurangi kebutuhan bahan baku impor yang selama ini diperlukan di industri alas kaki di Indonesia.

“Harapannya dengan dibangunnya industri bahan baku di Magetan, Jawa Timur nanti, maka hal itu dapat menopang kebutuhan bahan baku yang cukup besar untuk industri alas kaki di Indonesia. Ini penting segera diwiujudkan,” kata Gati.

Persoalan lain yang tak kalah penting untuk dicarikan jalan keluarnya adalah , masalah permodalan, akses permodalan, distribusi. Solusi untuk semua permasalahan itu harus berjalan seiring dengan ketersediaan bahan baku guna memajukan industri alas kaki Indonesia.

“Bahan baku memang menjadi persoalan penting, tetapi elemen lainnya seperti permodalan, akses permodalan, dan pembiayaan, serta distribusi harus berjalan seiring, agar industri khususnya bidang alas kaki di Indonesia semakin maju dan berkembang,” tegas Gati.

Senada dengan Kemenperin dan juga BPIPI, Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dari produksi lokal sepatu dengan merencakan untuk membuat pabrik sepatu di daerah Magetan, selain yang sudah ada di wilayah Tanggulangin Sidoarjo.

“Pemprov Jatim juga akan menjalankan program milenial job center yang bertujuan tidak hanya memberikan pelatihan bagi masyarakat, namun juga memberikan kesempatan berkecimpung langsung dalam dunia industri dengan target pilot project di tahun 2019 ini,” ungkap Emil Dardak, Wagub Jatim.

Diharapkan melalui rencana pengembangan industri sepatu lokal tersebut, dapat membantu meningkatkan pendapatan ekonomi dan pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) sepatu di Jawa Timur. (pit/im)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini