IM.com – Kondisi Ahmad Fajar (4), balita asal Dusun Jatikumpul, Desa Mojokumpul, Kecamatan Kemlagi, Mojokerto sesungguhnya sangat membutuhkan perawatan medis intensif. Namun neneknya Asmiatun dan suaminya, Jumbadi (54) yang mengasuh Fajar tak bisa berbuat apa-apa untuk mengobati Fajar karena keterbatasan ekonomi.
Jumbadi sehari-hari bekerja sebagai pemulung dan petani. Dengan penghasilannya satu minggu sekitar Rp 400.000 hanya cukup untuk kebutuhan makan keluarga kecil mereka.
“Fajar tidak pernah dibawa ke dokter lagi karena faktor ekonomi, dia tak punya KIS (Kartu Indonesia Sehat). Fajar Setiap hari makan bubur dan minum susu,” bebernya. Asmiatun mengaku hanya bisa menangis dan berdoa agar Fajar segera sembuh.
Asmiatun pun sendiri tak bisa membantu bekerja karena waktunya banyak tersita untuk merawat Fajar dan mengasuh kakaknya, Galih (12). Kondisi Galih pun tak kalah menyedihkan.
Sejak kecil Galih tak bisa berbicara. Saat ini, Galih bersekolah di SLB Kemlagi.
“Kalau sekolah Galih diantar dan dijemput. Kalau mengurus ke sana ke mari Galih tidak sekolah. Selain itu kaki saya juga sering sakit,” kata Asmiatun.
Mirisnya, pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto belum pernah menengok kondisi Fajar. Menurut Asmiatun, hanya salah satu bidan desa saja yang menengok kondisi Fajar.
“Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto juga belum ke sini. Hanya bidan desa kadang-kadang menengok serta membawa roti biscuit balita. Bidan desa juga tak menyarankan ke dokter,” tegas Asmiatun.
Sementara, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Susy Dwi Harini berdalih, pihaknya belum mendapat laporan terkait adanya kasus bayi keracunan air ketuban. Bayi tersebut tak lain adalah Ahmad Fajar, warga Dusun Jatikumpul, Desa Mojokumpul, Kemlagi Kabupaten Mojokerto. (Baca: Balita 4 Tahun Ini sangat Memprihatinkan, Bobot 5,5 Kg, Sekujur Tubuh Kaku).
“Mekanisme pelaporan secara bottom up. Jadi, masyarakat melaporkan ke puskesmas, lalu puskesmas baru ke Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto. Sementara belum ada laporan dari puskesmas,” katanya, Selasa (9/4/2019). Namun ia memastikan akan meminta jajarannya mengecek kondisi Fajar.
“Kami bakal menindaklanjuti laporan ini. Saya akan turun ke lapangan untuk mengecek kondisinya,” ucapnya.
Dari informasi yang dia terima, Susy menduga bila Fajar menderita gizi buruk. Sebab, berat badan Fajar tak sesuai dengan usianya.
“Bicara gizi buruk ada dua penyebab, yakni langsung dan tak langsung. Faktor tidak langsung karena kemiskinan dan pendidikan orang tua,” tegasnya.
“Faktor tidak langsung ini mempunyai andil 70 persenmenyebabkan gizi buruk,” ujarnya. (son/im)