Foto ilustrasi Peta Dapil Kabupaten Mojokerto di Pemilu 2019.

IM.com – Peta kekuatan partai politik di DPRD Kabupaten Mojokerto 2019-2024 bakal berubah. Partai Kebangkitan Bangsa diramalkan akan mendongkel PDI Perjuangan yang memuncaki peringkat suara terbanyak dan perolehan kursi pada Pemilu 2014 silam.

Pada Pemilu 2019 ini, PKB diprediksi bisa merengkuh 10 kursi, menjadi kolektor terbanyak di DPRD Kabupaten Mojokerto. Capaian itu berarti melonjak dua kali lipat dibanding 2014 lalu yang hanya meraih 5 kursi dari total 87.321 suara yang dikumpulkan.

“PKB akan menggusur dominasi PDIP. Dapat 10 kursi, paling jelek 9,” papar pemerhati politik Mojokerto, Didik Hendro saat dihubungi inilahmojokerto.com

Analisisnya, Didik meyakini, lumbung suara terbesar PKB ada di Dapil 1 (Mojosari, Pungging, Ngoro) dan Dapil 4 (Dawarblandong, Gedeg, Jetis, Kemlagi).

Kebetulan dua dapil tersebut menyediakan jatah kursi terbanyak masing-masing 11 dari total 50 kursi di DPRD Kabupaten Mojokerto. Dengan jumlah kursi paling banyak, Dapil 1 dan 4 boleh dikategorikan sebagai dapil paling sengit.

“Di dua dapil itu, PKB bisa mendapat, masing-masing tiga kursi, total 6,” kata Didik Hendro saat dihubungi inilahmojokerto.com.

Prediksi ini pun mulai terlihat buktinya dari hasil rekapitulasi suara oleh Bakesbangpol Kabupaten Mojokerto untuk Pileg 2019 di Dapil 1. Partai berlambang bintang mengitari bumi ini memang mendapat tiga kursi yang akan diduduki Eko Sutrisno (7.251 suara), Eddy Santoso (6.506) dan Amirudin (4.971). (Baca: Persaingan Caleg Dapil 1 Kabupaten Mojokerto, Dua Incumbent Terpental, 4 Wajah Baru Lolos).

Sementara PDIP dengan total 22.766 suara hanya memperoleh dua kursi dari suara tertinggi caleg di partai itu, yakni Hartono (6.002 suara) dan petahana Miadi (5.805).

Kemudian disusul Partai Golkar total 18.820 suara yang juga meloloskan dua calegnya, pasutri asal Desa Jedong, Kecamatan Ngoro Winajat dan Rupiatin. (Baca:Sengit di Dapil 1 Mojokerto, Pasutri Caleg Melenggang, Peraih Suara Terbanyak 2014 Tumbang).

Untuk Dapil 4, Didik menyampaikan prediksi jumlah kursi yang diperoleh PKB menjadi tiga, naik tajam dibanding 2014 lalu yang hanya meloloskan Eddi Ikhwanto. Kali ini, selain incumbent, dua kursi lain akan direbut Supriyanto (nomor urut 2) dan Hadi Fatkhur Rohman (nomor 4). (Baca:
Dapil 4 Mojokerto Ketat, PKB Melesat, Incumbent PDIP Mencelat).

“Pendatang baru dari PKB menang di Dapil 4,” ujar Didik.

Tambahan kursi PKB itu salah satunya direbut dari Partai Golkar yang hanya mendapat 1 kursi. Didik memprediksi, hanya caleg nomor urut 2 Golkar, Suwandi Kadir yang melenggang lagi ke DPRD.

“Madra’i (caleg incumbent Golkar) kemungkinan kandas,” ujarnya.

Sedangkan capaian PDIP di Dapil 4 ini susut. Bahkan Didik meragukan perolehan suara incumbent, Yuni Sri Erdiana, bisa masuk 11 terbanyak. Apalagi mengingat suara PDIP di Dapil 4 kali ini juga merosot.

“Yuni ini kemungkinan bisa gagal. Sedangkan Sipon DH yang dulu menang di dapil ini (Pemilu 2014 masih Dapil 5), sekarang tidak mencalonkan diri lagi,” jelas Didik.

Namun ia tetap meyakini, PDIP masih mampu mendapatkan dua kursi di Dapil panas ini.

Lebih rinci, Didik mengkalkulasi peta perolehan suara di Dapil 4 berurutan sesuai peringkat adalah PKB 3 kursi dan PDIP 2 kursi. Kemudian enam partai lain, Demokrat, Golkar, Gerindra, PKS, PPP dan PBB masing-masing memperoleh jatah satu kursi.

“PBB masih menjadi milik incumbent Rochimatus Solichah, punya 9 ribuan suara. Golkar tinggal 1, PAN, NasDem kandas,” papar Didik.

Dapil lain yang juga menjadi andalan PKB untuk meroketkan suara adalah Dapil 3 (Puri, Sooko, Trowulan) yang memiliki jatah 10 kursi. Menurut Didik, Dapil 3 bahkan yang akan menentukan apakah partai pimpinan Muhaimin Iskandar berhasil meraup 10 kursi atau hanya 9 kursi.

“Bisa dapat 2 atau satu (kalau perhitungan meleset). Itu tergantung tiga caleg andalan (PKB) di Dapil 3, Abdul Hakim, Shobirin dan Pitung Hariyono,” tutur Didik.

Ia meyakini, jatah satu kursi hampir pasti menjadi milik Abdul Hakim. Satu kursi lagi, imbuhnya, bisa saja terlepas dari Shobirin, satu-satunya caleg incumbent PKB di dapil ini.

“Masih menunggu hasil rekap akhir. Atau bisa dikonfirmasi langsung ke Shobirin, tentang hasil rekap (suara) di internal timnya,” tandas pria yang kini menjadi kader Partai Demokrat itu.

Dari PDIP, ketokohan Setia Puji Lestari agaknya masih kuat di Dapil 3. Selain status incumbent, istri mantan Wakil Bupati Mojokerto Iswanto merupakan Ketua DPC PDIP Kabupaten Mojokerto.

Selain itu, ada petahana lain dari PDIP yakni Mahfudz yang juga diprediksi masih bisa lolos ke parlemen. Sebagai catatan, pada Pemilu 2014 lalu, PDIP memperoleh suara 22.442, terbanyak di wilayah ini (dulu dapil 4). PKB ada di bawahnya dengan 18.693 suara.

Sementara untuk dua dapil lain (2 dan 5), analisis perhitungan suara Didik menyebutkan PKB hanya memperoleh masing-masing 1 kursi.

Di dapil 2 (dulu 3) -Jatirejo, Gondang, Pacet dan Trawas-  ini, PKB pada Pemilu 2014 lalu hanya meloloskan Erma Muarofah dengan raihan 5.945 suara. Sedangkan edisi 2019 ini, Erma tidak lagi mencalonkan diri.

Adapun capaian PKB di dapil 5 pada pemilu 2014 lalu juga memperoleh satu kursi milik Ayni Zuhroh. Namun Perolehan suara PKB di periode sebelumnya hanya 14.740, kalah dari PDIP (17.653) dan Partai Demokrat (16.054).

“Satu kursi masih milik Ayni Zuhroh. Sedangkan Suher Dedianto (caleg incumbent Demokrat) kemungkinan gagal, perlu dikonfirmasi juga kepastiannya,” demikian analisis Didik. (Baca: 10 Kursi Dapil 5 Mojokerto, 6 Incumbent Melenggang, 4 Tumbang).

Untuk diketahui, rangking empat besar parpol pada Pemilu 2014 lalu secara berurutan adalah PDIP 88.179 (7 kursi) PKB 87.321, (5 kursi), Demokrat 76.302 (6 kursi), Golkar 64.221 (6 kursi). Senator dari empat partai inilah yang duduk di kursi pimpinan DPRD Kabyupaten Mojokerto 2014-2019.

Kendati perolehan suara menempati rangking kedua, jumlah kursi yang didapatkan PKB di 2014 kalah banyak dari Demokrat dan Golkar. Sebab, sebaran suara dua parpol di bawah PKB tersebut lebih merata di lima dapil.

Hal itu merujuk pada sistem penghitungan suara yang digunakan pada Pemilu 2014 adalah dengan model bilangan pembagi pemilih (BPP) atau Kuota Hare.

Sementara pada Pemilu 2019 ini, KPU menggunakan Sainte Lague Murni, pembagi yang dipakai bukan kuota kursi, tetapi perolehan suara dibagi 1,3,5,7 untuk urutan masing masing kursi. (Baca: Ini Penjelasan Hitung Suara Kuota Hare Pemilu 2014 dan Sainte Lague 2019). (im)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini