Humas PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, Adi Suprayitno mengajak semua elemen masyarakat khususnya dari lingkungan pendidikan untuk menyiapkan generasi mendatang guna melakukan upaya penyelamatan lingkungan khususnya konservasi air

IM.com – Program Bintang Adiwiyata 2019/2010 resmi dimulai. Penyerahan bantuan bibit tanaman langka, mini ipal dan sumur resapan telah diserahkan dalam acara seremonia di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto, Kamis (25/7/2019).

PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (Multi Bintang) perusahaan minuman di Mojokerto, melalui Yayasan Sahabat Multi Bintang (YSMB) bekerjasama dengan Yayasan Esa Katulistwa dan Yayasan Esa Katulistiwa merangkul Sekolah Adiwiyata pilihan di Mojokerto.

Maryono, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur menyerahkan bantuan bibit tanaman langka ke Sekolah Adiwiyata yakni SMPN 2 Trowulan dan SMAN 1 Kutorejo

Ada 10 Sekolah Adiwiyata pilihan di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas mengikuti Program Bintang Adiwiyata. Antara lain SMAN Kutorejo, SMP 1 Kutorejo, SMP 1 Mojosari, SMP 2 Trowulan, SDN Sampang Agung 1, SDN Sampang Agung 2, SDN Trawas 2, SDN Ngrame, SDN Kutogirang dan SDN 2 Pandan.  

Kesepuluh sekolah pilihan ini juga mendapatkan dukungan penuh dari Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Pendidikan Kabupaten Mojoketo.

Sejak tahun 2016, Multi Bintang sudah secara aktif melibatkan masyarakat dalam program konservasi bertajuk Nabung Banyu. Tujuannya untuk meningkatkan upaya pelestarian sumber daya air dari daerah hulu hingga hilir aliran sungai Brantas, sebagai sumber bahan baku utama masyarakat dan industri.

Multi Bintang melalui Humasnya, Adi Suprayitno mengajak semua elemen masyarakat khususnya dari lingkungan pendidikan untuk menyiapkan generasi mendatang guna bersama – sama melakukan upaya penyelamatan lingkungan khususnya konservasi air.

“Karena kita sadar bahwa produk kita 95 persen terdiri dari air dan kita mempunyai kewajiban mengembalikan air itu ke alam. Kita melakukan upaya – upaya melalui program yang sudah terintegrasi, dari hulu dilakukan penanaman pohon. Sekarang ada 10 ribu pohon di 10 hektar, di hilir kita siapkan sekolah Adiwiyata dan bank sampah,” ujarnya.

Dengan terkaitnya antara hulu dan hilir, maka upaya penyelamatan lingkungan di hulu akan dilakukan begitu juga di hilir. Bila di hilir tidak, siap maka akan sama saja.

Di hulu dilakukan penanaman dan pemberdayaan masyarakat lingkungan hutan. Di hilir akan muncul generasi muda untuk melakukan upaya penyelamatan lingkungan.

Terkait dengan program bank sampah, masih kata Adi, bertujuan agar masyarakat yang dulunya punya kebiasaan membuang sampah di sungai dan di tanah lapang, khususnya sampah domestik terutama sampah non organik bisa menjual di bank sampah. Jadi, program ini bernilai ekonomis.

Sedangkan praktik riilnya di sekolah, akan ada pendampingan secara simultan untuk pilot project selama setahun. Pelaksanaannya bekerjasama dengan Yayasan Eka Khatulistiwa yang terdiri dari para ilmuwan lingkungan.

Termasuk mahasiwa dan dosen Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya yang mempunyai keahlian melakukan hal – hal penyelamatan lingkungan berbasis teknologi dan pendidikan.

Contoh konkritnya, nanti sekolah akan didampingi mengenai konsep Adiwiyata yang sesuai dengan program ini. Nanti juga akan dibangunkan ipal komunal di sekolah tersebut dan dibangunkan sumur resapan.

“Itu akan menjadi media pembelajaran anak – anak bagaimana mereka bisa memanfaatkan air limbah untuk reuse recycle dan tidak mencemari lingkungan,” bebernya. Dengan adanya sumur resapan, maka air hujan tidak langsung terbuang ke tanah, tapi melalui sumur resapan bisa tertahan di tanah.

Untuk ipal komunal, juga menjadi media pembelajaran. Air dari musholla, dari toilet misalnya bisa dimanfaatkan lagi direcycle untuk penanaman dan kolam.

Program Sekolah Adiwiyata sebuah program yang digagas KLHK dan Kemendikbud di tahun 2006. Bertujuan menciptakan “Sekolah yang ideal” untuk kegiatan belajar mengajar yang menanamkan perilaku peduli dan berbudaya lingkungan untuk seluruh warga sekolah.

Juga menjadi salah satu strategi pemerintah untuk mendidik generasi mendatang, agar memiliki mental dan perilaku yang ramah lingkungan.  

Sejak 2006, sudah ada 78 sekolah di Kabupaten Mojokerto yang sudah mengikuti program Adiwiyata. Dengan tingkat capaian sampai tingkat akhir atau Sekolah Adiwiyata Mandiri baru enam sekolah. Untuk yang lain masih perlu bekerja keras agar bisa mencapai jenjang berikutnya.

Kegiatan yang digelar di aula Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto Jalan RA Basuni, Sooko – Mojokerto juga dihadiri Maryono, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur.

Maryono mengucapkan terima kasih atas partisipasi banyak pihak dalam kegiatan ini. “Kiranya ini dapat menjadi inspirasi bagi pihak swasta lainnya dalam mendemonstrasikan sebuah contoh baik sebuah perusahaan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan,” katanya.

Program ini juga diharapkan tidak sekadar akan dapat meningkatkan grade sekolah pilihan untuk mencapai predikat Sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi, nasional dan juga mandiri. Dengan program ini juga diharapkan dapat tercipat generasi muda pembangunan yang juga ramah lingkungan.

Di akhir acara, dilakukan penanda-tanganan nota kesepahaman multi stake holder antara Yayasan Eka Khatulistiwa, SDN Kutogirang, Kepala Diknas dan Kepala DLH Kabupaten Mojokerto serta Yayasan Multi Bintang.

Penyerahan bantuan Mini Ipal dan sumur resapan dilakukan Multi Bintang ke SMPN 1 Mojosari. Dua Sekolah Adiwiyata yakni SMPN 2 Trowulan dan SMAN 1 Kutorejo mendapat bantuan bibit tanaman langka yang diserahkan Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. (rei/uyo) 

321

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini