IM.com – Sedikitnya 7.386 jiwa terdampak kekeringan yang tersebar di enam di Kabupaten Mojokerto masih banyak menggantungkan kebutuhan air bersih dari bantuan berbagai pihak. Ironisnya, dampak kekeringan dan krisis air bersih itu juga masih dialami warga Desa Duyung, Kecamatan Trawas yang terletak di kawasan pegunungan.
Sekitar 500-an warga Desa Duyung merasakan dampak kekeringan sejak awal musim kemarau pada Juni-Juli 2019 lalu. Sejak itu pula, bantuan terus mengalir ke desa yang berada di Lereng Gunung Penanggungan tersebut.
Pada Rabu (16/10/2019), ratusan warga Desa Duyung menerima bantuan air bersih dari organisasi Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI). Sedikitnya 7.500 liter ar bersih dipasok organisasi aktivis kemanusiaan tersebut untuk warga Desa Duyung.
Bukan hanya BSMI, komunitas GUSDURian Mojokerto pun tak mau tinggal diam melihat banyak warga di desa lain yang mengalami krisis air bersih. Pada hari yang sama, kelompok loyalis almarhum Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu menggandeng PMI dan beberapa komunitas keagamaan untuk memasok air bersih untuk warga terdampak di Kecamatan Ngoro dan Dawarblandong.
Air bersih sebanyak 10 tangki didistribusikan ke dua kecamatan tersebut. Masing-masing 8 tangki air untuk tiga desa di Kecamatan Ngoro dan dua tangki air ke dua desa di Kecamatan Dawarblandong.
“Distribusi air bersih ini rutin lakukan, seminggu tiga kali,” kata Koordinator GUSDURian Mojokerto, Imam Maliki, Rabu (16/10/2019).
“Ada sebanyak 20 tangki air yang sudah kami siapkan untuk membantu warga yang mengalami krisisi air bersih. Yakni warga di Kecamatan Dawarblandong serta Ngoro,” kata.
Sesugguhnya, GUSDURian Mojokerto menyiapkan total sebanyak 20 tangki atau sekitar 10 ribu liter air bersih untuk warga terdampak kekeringan di Kabupaten Mojoketo. Dari jumlah itu, 10 air sudah terdistribusikan.
“Tiga tangki air perhari atau 15.000 liter. Besok rencananya kami akan distribusikan lagi sekitar 4 tangki,” ujar Imam.
Imam menyatakan, bantuan ini merupakan aksi kemanusiaan untuk mencukupi kebutuhan air bersih bagi warga di tengah teriknya musim kemarau tahun ini. Imam berharap pemerintah daerah membuat program penanggulangan dampak kekeringan yang lebih komprehensif dan permanen.
“Karena krisis air bersih ini sudah terjadi selama bertahun-tahun setiap musim kemarau tiba. Daerah yang terdampak masih sama,” tandasnya.
Dari catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto, musim kemarau tahun ini mengakibatkan enam desa di tiga kecamatan mengalami kekeringan. Dampak kekeringan tersebut dirasakan sedikitnya 7.386 jiwa yang mengalami krisis air bersih.
Rinciannya, untuk Kecamatan Ngoro ada 1.607 jiwa di Desa Kunjorowesi, 700 jiwa di Desa Manggunggajah serta 750 warga Desa Kutogirang.
Kemudian di Kecamatan Dawarblandong, krisis air bersih dirasakan 1.450 warga Dusun Sekeping dan Dawar, Desa Dawarblandong. Serta 2.070 jiwa di Dusun Tempuran, Ngagrol, Genceng, dan Mlati di Desa Simongagrok.
Adapun Kecamatan Trawas, hanya ada satu daerah yang terdampak yakni Desa Duyung. Sedikitnya 509 jiwa di desa tersebut dilanda krisis air bersih. (im)