IM.com – Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (DP2KBP2) Kabupaten Mojokerto terus berupaya menurunkan tingkat kelahiran dan Meningkatkan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Langkah yang dilakukan salah satunya dengan Bakti Sosial Metode Operasi Wanita (MOW) dan Metode Operasi Pria (MOP) yang dilaksanakan di RS Reksa Waluya, Jalan Mojopahit 422 Mojokerto, Minggu (16/2/2020).
Dalam pelaksanaan kegiatan ini, DP2KBP2 menggandeng TNI dan RS Reksa Waluya. Tim dokter dipimpin Letkol dr. Yudi Andriyansah, S.P.Og, M.Kes dari Lanud Iswahyudi Madiun, dibantu 35 tenaga medis dari RS Reksa Waluya dan 50 personil TNI dari Kodim 0815 Mojokerto.
Kegiatan ini diikuti sebanyak 292 akseptor dari 18 kecamatan mengikuti. Sebanyak 284 peserta Metode Operasi Wanita (MOW) atau yang lebh populer dengan sebutan stiril/tubektomi. Sedangkan Metode Operasi Pria (MOP) atau vasektomi diikuti delapan peserta.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur Sukaryo Teguh Santoso yang hadir dalam kegiatan baksos itu berkesempatan memberikan motivasi dan dan mengajak dialog para peserta MOW. Kepala BKKBN Jatim yang baru dilantik menggantikan Yenrizal Makmur itu mengingatkan agar semua persyaratan mengikuti MOW dipenuhi, termasuk ijin dari suami.
“Syaat-syaratnya harus dipenuhi. Antara lain ikut karena suka rela, dinyatakan sehat setelah penapisan dari Puskesmas atau Rumah Sakit dan ada persetujuan tertulis dari pasangan,” paparnya.
Kepala DP2KBP2 Kabupaten Mojokerto Joedha Hadi menjelaskan, Kontrasepsi Mantap memiliki banyak keuntungan. Antara lain lebih aman karena keluhan lebih sedikit dibanding alat kontrasepsi lain serta praktis dan efisien lantaran hanya memerlukan satu kali tindakan dan tidak ada efek samping jangka panjang.
“Metode kontrasepsi ini lebih efektif karena tingkat kegagalan sangat rendah dan ekonomis. Juga tidak ada efek samping jangka panjang setelah operasi dan tidak akan mengganggu hubungan seksual suami istri,” jelas Joedha saat ditanya tentang berbagai anggapan masyarakat mengenai kontrasepsi mantap ini.
Akseptor MOP dari Kecamatan Kemlagi, Fanani (49) menuturkan alasannya mengikuti program tahunan ini. Ia mengikuti kegiatan ini karena istrinya yang berniat ikut MOW gagal dengan kondisi tubuhnya yang gemuk.
“Jadi istri saya ikut MOW tidak lolos dari segi kesehatan. Akhirnya saya yang mengikuti KB MOP ini,” ujarnya.
Lain lagi Iffah (37), akseptor dari Kecamatan Dlanggu. Alasannya mengikuti program ini karena sudah capek bolak balik ikut ber-KB.
Selain itu, ia juga sering lupa ketika sudah waktunya mengkonsumsi pil KB. Alhasil, tanpa diduga ia pun hamil.
“Saya sudah pernah memakai spiral, susuk dan minum pil KB. Tapi sering lupa dan akhrnya kebobolan. Sekarang anak saya terkecil umur sembilan bulan dan saya sudah bulat ingin ikut MOW agar tidak ribet bolak balik ke bidan,” beber ibu dai tiga anak ini.
Kegiatan Baksos MOW dan MOP rencananya akan dilaksanakan kembali di bulan Juli dan Oktober depan untuk mengakomodir permintaan MOW dan MOP yang cenderung meningkat. (*/im)