IM.com – Dinamika pencalonan Bupati-Wakil Bupati Mojokerto di internal Partai Kebangkitan Bangsa bekembang cepat dengan menguatnya opsi duet kader partai dengan perwakilan dari struktural NU. Opsi yang baru mengemuka ini langsung menguat dan bisa membuyarkan harapan Ikfina Fahmawati-Muhammad Al Barra dan Pungkasiadi untuk mendapatkan rekomendasi PKB.
Opsi duet kader PKB dan NU sejatinya bukan hal baru. Duet representasi dua organisasi berbasis massa nahdliyin tersebut sudah menjadi komitmen antara Pengurus Wilayah NU Jatim dengan PKB yang disepakati dalam rapat beberapa bulan lalu.
“Kalau PKB konsisten dengan hasil rapat itu, maka harus minta kader NU untuk diusung. Ini sudah menjadi semacam instruksi yang wajib dilaksanakan PKB untuk menggandeng kader NU,” kata salah seorang pengurus PCNU Kabupaten Mojokerto kepada inilahmojokerto.com.
Namun sumber ini belum bisa membeberkan figur NU yang akan diajukan ke PKB. Ia hanya menyebut, internal NU Kabupaten Mojokerto sedang mempertimbangkan figur muda yang memiliki potensi dan ketokohan cukup kuat.
“Secara organisasi (PCNU), belum ada keputusan. Tapi sudah ada beberapa figur dari struktural yang dipertimbangkan, terutama kalangan muda,” ungkapnya.
Sedangkan dari sejumlah nama yang mengemuka di bursa bakal calon bupati-wakil bupati, menurut sumber ini, tidak ada yang benar-benar mewakili NU. Ia menegaskan, representasi NU yang dimaksud adalah dari struktural pengurus.
“Jadi harus ditegaskan di sini, instruksi PWNU itu yang diusung kader struktural NU, bukan kultural,” ujarnya.
Sementara nama-nama kandidat seperti Pungkasiadi, Ikfina Fahmawati, maupun Muhammad Al Barra dan Yoko Priyono bukan NU struktural (PCNU Kabupaten Mojokerto). Kendati mereka boleh-boleh saja mengaku sebagai kader NU (kultural) atau nahdliyin.
Berdasar komitmen PWNU-PKB tersebut, artinya tidak ada satu pun bakal calon yang mendaftar ke partai pemegang tiket otomatis kemarin bakal mendapatkan rekom. (Baca: Pilkada Kabupaten Mojokerto 2020, Delapan Calon Serbu Penjaringan PKB Hari Pertama).
Dengan demikian, maka opsi yang keluar adalah mengusung kader sendiri sebagai calon bupati. Negosiasi politik yang sudah dibangun kandidat lain pun, terutama Ikfina-Barra dan Pungkasiadi, ikut ambruk seiring tidak dipilihnya opsi kedua oleh DPP PKB yakni menduetkan kader PKB dengan salah satu dari mereka. (Baca: Mengukur Peluang Pungkasiadi, Ikfina dan Yoko Rebut Rekom PKB Bersaing dengan Kader).
“Itu kalau memang PKB konsisten dengan kesepakatan rapat dengan DPW bulan lalu. Ya Harus mengusung calon sendiri dengan menggandeng kader struktural NU, bisa jadi cabup atau cawabupnya,” tegas sumber ini.
Kendati begitu, PKB masih sangat terbuka untuk memilih opsi kedua; memberikan rekom untuk kader sendiri dengan salah satu kandidat yang sudah mendaftar atau tanpa struktural NU. Sebab bagaimanapun, secara ideologis basis massa pendukung PKB adalah kalangan nahdliyin.
“Kalau memang PKB tidak mengambil kader NU sebagai calon, NU secara organisasi dipastikan akan netral,” tandasnya.
Keputusan itu boleh jadi akan menciptakan kesenjangan hubungan PKB dengan struktural NU yang bisa berimbas pada dukungan riil dari pengurus PCNU saat pelaksanaan Pilkada Kabupaten Mojokerto 2020. Namun hal itu bisa diperbaiki melalui komunikasi politik yang diyakini tidak terlalu sulit diwujudkan. Mengingat kedua organisasi ini (PKB dan NU) memiliki hubungan yang mengakar secara ideologis maupun individu.
“Apapun keputusan PKB, tetap akan berkomunikasi dengan NU untuk pencalonan ini,” ungkapnya.
Terlebih lagi, siapapun pasangan calon yang diusung PKB nantinya tetap harus menjalin komunkasi dengan PCNU guna memastikan dukungan. Pola ini dibenarkan sumber PCNU tadi.
“Kalau Cak Imin (Ketua Umum PKB) mengklaim calon yang diusungnya nanti adalah kader NU ya harus dibuktikan dengan komunikasi dengan struktural NU. Kunci sebenarnya bukan di figur yang dimunculkan tetapi bagaimana komunikasi mereka dengan NU,” jelasnya.
Sejauh ini, menurut sumber tersebut, Ikfina Fahmawati yang disebut-sebut paling berpeluang memperoleh rekom PKB belum menjalin komunikasi dengan PCNU. Hanya bakal cawabupnya, Gus Barra, yang pernah berkomunikasi dengan PCNU.
“Sementara Gus Barra ini tidak begitu dikenal di internal NU Mojokerto,” ujarnya.
Munculnya figur Muhammad Al Barra sebagai cawabup pendamping Ikfina hanya menumpang ketokohan ayahnya, pengasuh Ponpes Amanatul Ummah Pacet, KH Asep Saifuddin Chalim. Sosok KH Asep pun, dianggap tidak bisa mewakili struktural NU di Mojokerto maupun PWNU Jatim.
“Karena memandang Kiai Asep ini, peluang rekom dari PKB masih bisa untuk Gus Barra. Tapi rasanya tidak untuk Ikfina, karena PKB punya ganjalan dengan keluarga MKP (Mustofa Kamal Pasa, suami Ikfina Fahmawati),” bebernya.
Ganjalan yang disebut pengurus PCNU itu menggumpal ketika Pilkada Kabupaten Mojokerto 2015. Sayang, ia tidak menyebut hal apa yang mengganjal hubungan PKB dan keluarga H Jakfaril, ayah MKP yang membekingi menantunya Ikfina Fahmawati maju sebagai bacabup.
“Yang jelas, (ganjalan) itu alasan kenapa PKB mengalihkan dukungannya ke Choirun Nisa di Pilkada (2015) dulu,” ujarnya. Pada Pilkada sebelumnya, tahun 2010, PKB mendukung pasangan MKP-Nisa.
Untuk Pungkasiadi, peluangnya pun sama tipis untuk mendapatkan rekom PKB. Walau seandainya Cak Imin memberikan rekom untuk kombinasi kader sendiri dengan kandidat yang sudah mendaftar.
Menurut sumber internal PCNU Mojokerto ini, ada dua alasan kenapa Pungkasiadi tidak bisa mendapatkan rekom PKB. Pertama karena PKB tak mau mengakomodir bekas kadernya (Pungkasiadi) yang membelot ke PDIP.
“Alasan lain karena kedua partai pasti tidak mau posisi nomor dua (cawabup), gengsi. Jadi pasti akan saling berhadapan,” pungkasnya.
Sementara posisi DPC PKB Kabupaten masih belum bisa bersikap karena tidak dalam kapasitas memutuskan apalagi mengeluarkan rekomendasi untuk pasangan calon. Kegamangan tersirat dari pernyataan Ketua DPC PKB, Ayni Zuroh saat melaunching pendaftaran bacabup-bacawabup Mojokerto, Minggu (16/2/2020) lalu.
“(Rekom) ini terbuka bagi siapa saja, kita tidak bisa menarget. Kami juga akan membuka peluang koalisi dengan partai lain, walaupun Partai kami sudah cukup mengusung calon,” kata Ketua DPRD Kabupaten Mojokerto itu.
“Tapi yang paling penting kita berharap yang kita usung nantinya kader NU”. (im)