Mobil Daihatsu Xenia nopol L 1034 FU yang dikendarai warga Kertajaya, Kecamatan Gubeng, Surabaya, SR (31) tersesat secara misterius di jalan buntu area hutan dan persawahan di Dusun Made, Desa/Kecamatan Pacet, Mojokerto, Kamis (12/11/2020) malam.

IM.com – Kejadian misterius dialami pengendara mobil asal asal Surabaya, SR (31). Ia tersesat di tengah persawahan Dusun Made, Desa/Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto usai keluar dari exit tol Pandaan dan melihat penampakan seorang perempuan.

Mulanya, SR melakukan perjalanan pulang dari Malang ke Surabaya usai mengikuti acara rapat tahunan perusahaan tempatnya bekerja, Kamis (12/11/2020) malam sekitar pukul 18.30 WIB. Mengendarai mobil Daihatsu Xenia putih, ia mengambil jalur tol Malang-Surabaya.

“Saat itu saya menggunakan google maps lewat suara pakai headset,” kata SR, Jumat (13/11/2020).

Ketika memasuki wilayah Kabupaten Pasuruan, google maps mengarahkan dia untuk keluar lewat exit tol pandaan. SR sempat terkejut karena arahan itu tidak sesuai dengan jalur yang biasanya ia lewati yaitu keluar dari Exit Tol Waru-Sidoarjo.

Namun warga Kelurahan Kertajaya, Kecamatan Gubeng, Surabaya itu berusaha kembali tenang dan mengikuti arahan Google Maps tanpa menaruh kecurigaan apapun. Setelah 30 menit keluar dari Exit Tol Pandaan, ia kembali dikejutkan dengan sesosok perempuan muncul tiba-tiba dan mengetuk kaca pintu mobil bagian kiri-depan.

“Saya tidak berani melihat langsung, hanya melirik ada sosok perempuan. rambutnya panjang menutupi muka. Pakaian dan wajahnya, saya tak bisa melihat jelas,” ungkapnya.

Dalam keadaan takut, SR terus menancapkan laju mobil sewaan nopol L 1034 FU semakin cepat masih tanpa kecurigaan apapun. Sebab, jalanan yang dia lewati masih normal dengan adanya lampu di sepanjang jalan yang cukup terang.

“Jalannya lebar, masih bisa untuk mobil berpapasan. Jalan juga terang, walaupun agak berkabut. Saya sempat melihat speedometer, kecepatannya 80-100 km/jam,” ujarnya.

Hanya yang mulai mencurigakan adalah, SR tidak menjumpai satu orang pun di sepanjang jalan area pegunungan itu. Hingga tiba-tiba, laju kendaraan terhenti, meskipun mesin dan rpm mobil masih berjalan.

SR semakin merinding ketika tiba-tiba menyadari situasi di sekitarnya gelap dan waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB. Dengan menekan rasa takutnya, pegawai perusahaan asuransi itu memberanikan turun untuk melihat penyebab mobilnya mendadak tak bisa berjalan.

“Saya gunakan lampu ponsel untuk melihat, ternyata bagian bawah (sasis) tersangkut batu. Saya panik buru-buru kembali masuk mobil, pintunya saya kunci dan lampu saya nyalakan,” ucapnya.

SR baru dihampiri warga dan petugas kepolisian satu jam kemudian.  Sebelum itu, dia sempat menelpon teman-temannya seraya menangis karena ketakutan.

“Seumur hidup, baru kali ini saya mengalami peristiwa seperti ini,” tandasnya.

Secara misterius, mobil yang dikendarai SR mendadak berada di lokasi terpencil berjarak sekitar 3 kilometer dari pemukiman warga dengan kondisi gelap dan jalur berbatu. Padahal, baru saja ia menyadari masih melintasi jalanan mulus, lebar dan penerangan yang cukup.

Berdasar perhitungan logis, perjalanan dari Pandaan, Pasuruan ke Pacet, Mojokerto yang berjarak sekitar 27 km membutuhkan waktu sekira 30-45 menit dengan kecepatan normal (60 km/jam) menggunakan mobil. Namun mengingat jalur terdekat melewati Prigen-Trawas merupakan wilayah pegunungan, waktu tempuh bisa jadi lebih panjang dan sulit mencapai kecepatan stabil 80-100 km/jam seperti pengakuan korban.

Apalagi rute Prigen melewati Trawas hingga Pacet merupakan jalur curam dan berkelok, tidak sesuai dengan cerita korban yang melintasi jalanan mulus dan lurus. Sementara kemungkinan melintasi jalur lain yakni Gempol, Ngoro sampai Pacet dengan rute memutar dan jauh, bisa memakan waktu satu jam lebih.

“Cerita korban mengendarai mobil dengan kecepatan 80-100 Km/Jam di jalan mulus itu tidak mungkin, karena di sini jalannya rusak dan sempit. Dan anehnya juga mobil  tidak rusak,” ujar salah seorang warga Dusun Made di lokasi SR tersesat.

Ia mengungkapkan jika lokasi SR tersesat yang berada di jalan buntu area hutan dan persawahan memang dikenal angker. Ceritanya, kawasan itu menjadi menyeramkan sejak ditemukannya 12 jasad korban banjir bandang di objek wisata pemandian air panas Padusan dan air terjun Coban Canggu, Pacet pada 2002 silam.

“Warga sini kalau pulang dari sawah sore menjelang magrib sering bertemu anak kecil, kadang perempuan mau mandi,” ungkapnya. (im)

1,920

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini