IM.com – Polisi akhirnya turun tangan menyelidiki ambruknya pilar pada proyek facade gedung Sekretariat Daerah Kota (Setdakot) Mojokerto. Satreskrim Polresta Mojokerto akan memeriksa pihak kontraktor CV Ade Saputra dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruangan (DPUPR) Kota Mojokerto.
Kasat Reskrim Polresta Mojokerto, AKP Rizki Santoso mengatakan, saat ini sedang melakukan penyelidikan dan pendalaman. Pihaknya menduga, ambruknya pilar facade gedung yang sedang dalam pengerjaan itu disebabkan kurangnya perhitungan secara detil dan akurat.
“Terkait pembangunan kemarin yang sempat ambruk kami selidiki. Yang jelas terkait kerugian negara nanti akan kami telusuri dulu. Terkait ambruknya pastinya ada hal-hal yang yang kurang perhitungan yang jelas,” katanya.
Satreskrim telah menerjunkan anggotanya untuk meninjau lokasi proyek senilai Rp 1,5 miliar tersebut. Selain itu, polisi juga memeriksa beberapa saksi mata.
“Sudah ke TKP, sudah diperiksa satu unit. Masih proses,” ujar Rizki.
Hasil sementara, Rizki belum bisa memastikan penyebab ambruknya pilar proyek tersebut. Untuk mengetahui penyebabnya, pihaknya akan memanggil CV Ade Saputra selaku pelaksana proyek dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruangan (DPUPR) Kota Mojokerto.
“Termasuk kontraktor dan Dinas terkait akan kami panggil untuk dimintai keterangan,” terangnya.
Seperti diketahui, ambruknya salah satu pilar pengerjaan rehab facade gedung Sekdakot Mojokerto pada Kamis (18/8/2022) itu diduga karena dikerjakan asal-asalan. Bahkan, ada pula dugaan ambruknya pilar yang memiliki tinggi sekitar empat meter itu disebabkan konstruksi bangunan yang buruk. Muncul pula dugaan, pengerjaan pilar tidak sesuai spek.
Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Mojokerto, Agus Wahjudi Utomo sempat murka mendengar kabar pilar proyek tersebut ambruk. Ia pun lansung mendatangi ke lokasi.
Baca: Rehab Gedung Sekda Kota Mojokerto Pilarnya Ambruk, Begini Tanggapan DPUPR
Di lokasi, Agus mengambil contoh adukan semen yang mengering dari sejumlah batu-bata yang ambruk itu untuk melihat kualitasnya.Ia menduga campuran material semen dan pasirnya tidak mengikuti aturan, sangat terlihat sekali adukannya kebanyakan pasir. Sehingga ketika ia meremasnya mudah sekali untuk dihancurkan.
“Wong adukan semen digengam aja hancur jelas kualitasnya amburadul. Ini ya bahasa kasarnya di masyarakat satu sak semen dicampur pasir satu pikup,” katanya.
Bahkan, nampak batu-batu tempal di pilar yang lain juga sudah ada yang mengulapas. Padahal proyek rehabiltasi itu baru dikerjakan pada 3 Juni lalu dan harus selesai sesuai kontrak pada 31 Oktober 2022 mandatang.
Selain itu, politisi partai Golkar itu juga melihat pilar yang dibangun tanpa ada besi penyangga dan tidak memperhatikan safety pekerja. Sehingga, ia merekomendasi perbaikan secara menyeluruh. Tujuannya membuat rekanan jera akibat pengerjaan tak serius dalam mengerjakan proyek yang dibiayani uang negara miliaran rupiah tersebut.
“Jangan asal dikerjakan, kedepan kualitas proyek harus diutamakan jangan asal saja. Proyek miliaran rupiah kok jadinya begitu dibuat mainan. Beruntung tidak ada korban jiwa,” tandasnya.
Namun hal itu dibantah oleh Kasi Penataan Prasarana Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Mojokerto Yustian Suhandinata. Menurutnya, spesifikasi bahan bangunan yang digunakan sudah sesuai.
“Itu hanya pemasangan yang salah, bukan karena speknya yang tak sesuai, seharusnya pemasangan batu-batanya setelah satu meter kering baru dipasang lagi, bukan dua meter diteruskan,” katanya.
Menurut Yustian, pekerja mengerjakan bangunan yang hanya berjarak sekitar 20 meter dari kantor DPRD Kota Mojokerto itu terlalu buru-buru dalam pelaksanaannya.
”Sudah diperingatkan oleh pengawas, jadi kata pengawas, biarkan kering baru dipasang satu meter. Itu tadi karena ingin cepat selesai, dipasang langsung dua meter, hal itulah yang menyebabkan ambruk,” ungkapanya. (cw)