Pencapaian tersebut tak lepas dari program unggulan Walikota Mojokerto yang akrab disapa Ning Ita yakni sekolah gratis. Program tersebut diwujudkan melalui kemudahan akses untuk mengeyam pendidikan yakni berupa perlengkapan sekolah gratis seperti seragam, sepatu, alat tulis, dan transportasi untuk siswa SD dan SMP.
Kemudian pencapaian di bidang kesehatan bisa dilihat di antaranya dari angka harapan hidup warga Kota Mojokerto yang naik menjadi 73,74 tahun. Selain Indeks Kesehatan tersebut, indikator lainnya adalah meningkatnya pelayanan prima kepada masyarakat seperti Posyandu terpadu untuk balita, remaja dan lansia.
Ada juga inovasi pelayanan Prameswari yang memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat secara berkelanjutan, door to door dan gratis. Warga Kota Mojokerto juga semakin mudah mengakses pelayanan medis secara cepat dan tanggap darurat melalui Public Safety Center (PSC) di hotline 119.
Indikator pencapaian di bidang kesehatan lain yakni angka stunting di Kota Mojokerto yang turun drastis dalam empat tahun hingga menjadi terendah se-Jawa Timur. Hal itu berdasar data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI).
Pada 2019 masih 9,04 persen, kemudian melorot di 7,71 persen pada 2020. Tahun berikutnya kembali turun 6,9 persen hingga pada 2022 ada di angka 4,08 persen.
Program penurunan angka stunting yang sukses di Kota Mojokerto tentu terkait dengan dua inovasi yang diluncurkan Pemkot. Yakni Gempa Genting (segenggam sampah untuk atasi stunting) dan Dashat (Dapur Sehat Atasi Stunting).
Peningkatan pada bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan tadi akhirnya mendongkrak Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Mojokerto pada tahun 2022 menjadi 79,32 persen, tertinggi ketujuh di Jatim. Salah satu indikatornya adalah pengeluaran riil perkapita mencapai Rp 14.054.000,
Sementara dalam pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana, Pemerintah Kota Mojokerto juga tak mau ketinggalan. Selama lima tahun, Ning Ita menggenjot pembangunan jalan, fasilitas umum dan saluran air serta revitalisasi pasar.
Pembangunan fasum dan sarpras yang kebanyakan bernuansa Majapahit guna menunjang cita-cita Ning Ita menyulap Kota Mojokerto menjadi Kota Pariwisata berbasis Sejarah dan Budaya. Dalam rangka mendukung visi misi ini juga, Pemkot merevitalisasi sekolah yang pernah menjadi tempat Soekarno mengeyam pendidikan, SDN Purwotengah dan SMPN 2 menjadi cagar budaya.
Sebagai tonggak pembangunan sarana dan meningkatkan layanan kepada masyarakat, Ning Ita di awal masa jabatannya dulu telah membangun Mal Pelayanan Publik Gajah Mada. Di dalam satu atap gedung ini, terdapat 167 jenis pelayanan publik yang siap melayani masyarakat.
Seluruh perubahan Kota Mojokerto ke arah yang jauh lebih baik itu telah dikemas dalam beragam inovasi pelayanan publik. Inovasi tersebut telah diakui secara regional maupun nasional dan bisa dibuktikan dengan setumpuk penghargaan dari pemerintah pusat maupun provinsi. (adv/im)